Latest Posts

Dieng Plateau #day1 || Akhirnya ke Dieng!

By 17:28 , ,

Dieng 2015


Alhamdulillah, akhirnya bisa nge-blog kembali mengenai kawasan Dieng Plateau setelah seminggu absen menulis dikarenakan liburan tahun baru bersama sahabat-sahabat tercinta (Ayub, Aulia, Boy, Erik, dan Jopan) ke kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur.
Sebelum berangkat untuk berlibur bersama mereka, saya ada menulis di Dieng Plateau 2015 || Transportasi Menuju Dieng - Wonosobo mengenai perjalanan menuju Dieng dari PWT dan Wonosobo sebagai cerita pembuka untuk cerita inti mengenai Dieng kali ini. Naahh seperti apa kisah seru saya di dataran dengan ketinggian 2000 mdpl tersebut? Let’s check it out!


* * *
Dieng ... Pertama kali saya dengar nama/kata Dieng itu mungkin sudah lama, cuma mungkin saya gak ngeuh aja mengenai Dieng. Lebih nyadar dengar kata/nama Dieng itu saat dibangku kuliah, yang saya tahu jaman-jaman itu banyak banget trip-trip ke Dieng. Oiah, satu hal yang selalu saya syukuri dan merasa diri ini selalu beruntung sekali soal nge-trip adalah, setiap saya berdoa (jangankan berdoa, hanya kepingin aja, hanya berucap dan penasaran soal tempat wisata), gak lama kemudian Allah SWT mengabulkan keinginan-keinginan saya yang padahal hanya sebuah keinginan yang sepintas, lewat begitu saja dibenak saya. Namun, Allah SWT memang baik, Dia selalu memberikan apapun yang saya inginkan. Seperti di tahun 2013, saya ingin tahu kayak apa sih Malang dan Bromo itu, kalau gak salah saya ada rasa-rasa kepingin banget itu di tahun 2013 menuju 2014, dan tadaaaaaaaa .... Rabb memberikan saya kesempatan jalan-jalan ke Malang dan Bromo diakhir tahun 2014. Bahkan Malang, saya sudah tujuh kali (7x) datang kesana untuk sekadar jalan-jalan (bukan liburan). Pernah juga waktu itu sedang nonton program TV masak di tahun 2013/2014 (antara kedua itu), scene saat itu menceritakan si host nya mendaki ke Kawah Ijen, dan saat itu saya ada ngomong dalam hati ke Allah, kapan yaa saya bisa ke Ijen. Then, saya pun di akhir tahun 2014 ke Ijen untuk tahun baruan di sana. Ijen boooooo - TAHUN BARUUU!

* * *
Dieng ... Sebuah dataran tinggi dengan ketinggian 2000 mdpl yang terletak di daerah Wonosobo, Jawa Tengah, yang mana apabila kalian datang, suhu disini bisa mencapai 9-13 derajat celcius dan semua kawasan serta perumahan bisa tertutup oleh kabut yang tebal. Jangan ditanya kalau soal dingin, 9-13 derajat booooo!! Tapi kalau lagi suhu normal, yaa dinginnya juga normal, paling 15 derajat celcius keatas.
Dibulan Juli dan Agustus, suhu di Dieng bisa mencapai titik beku bahkan minus. Kawasan di Dieng bisa ditutupi oleh es saking suhunya dingin banget. Saya tahu berita ini karena saya nonton fakta-faktanya dari Dieng Theatre.
Dieng ... Saya benar-benar tidak ada kepikiran untuk pergi ke Dieng. Mengenal namanya dan menyadarinya saja baru, benar-benar baru. Layaknya saya mengetahui Bromo dan Ijen, tapi seketika - saya langsung dipertemukan.
Di tahun 2015 bulan Mei, awalnya saya dan tiga teman saya, Hadi, Breiner, dan Annissa berencana akan jalan-jalan ke Dieng, bahkan kita sudah membeli tiket KAI. Sayang seribu sayang, saya dipanggil interview kerja, dan akhirnya liburan kami pun batal.
Dieng ... Entah apa yang membuat saya sekejap langsung memutuskan untuk pergi berlibur sendirian ke Dieng saat itu. Awalnya memang ada kegiatan di PWT untuk mengikuti test TOEFL ITP di SPEC, tapi benar-benar gak ada bayangan mau jalan ke Dieng. Nah, mendekati H-2 minggu keberangkatan, saya pun meyakinkan diri saya dan memantapkan diri saya untuk bisa ber-solo travel ke Dieng karena menurut saya tanggung banget udah berangkat jauh-jauh dari Jakarta ke PWT (yang notabene tempat wisatanya hanya Baru Raden) tapi gak merasakan liburan. Alhasil, saya pun cari cara untuk tetap merasakan liburan selama pergi ke daerah PWT. Tempat wisata yang super kece terdekat dari PWT yaaa itu, Dieng yang berlokasi di Wonosobo.
Setelah akhirnya berselancar di dunia maya dari sebelum keberangkatan ke PWT hingga malam sebelum jalan ke Wonosobo, saya selalu mengutak-atik blog orang, mencari tahu keadaan di Dieng. Dan.... pada akhirnya, hati saya pun mantap! Bismillah :)
* * *
Minggu, 20 Desember 2015 pukul 10:54 pagi, saya tiba tepat didepan batu besar (tugu) kawasan Dieng yang bertuliskan “Welcome to Dieng”. Mikrobus yang saya tumpangi saat itu menurunkan saya tepat disana. Tugu tersebut juga berlokasi tepat bersebrangan dengan penginapan yang saya tempati, penginapan Bu Djono. Di penginapan tersebut, saya menginap selama dua hari satu malam (2D1N).


Rumah Bu Djono

Setelah akhirnya saya mengambil barang-barang dari mikrobus, saya segera masuk ke penginapan untuk 
check in dan juga segera membayar lunas. Berhubung saya sudah membooking dengan dibantu oleh Ibu Dwi, jadilah saya dapat kamar regular (bukan VIP) dengan harga Rp 75.000 sudah termasuk kamar mandi luar + air panas + shower, serta WiFi. Beuuuhhh, mantap gak tuh?
Saya benar-benar gak ada ekspektasi apapun mengenai penginapan tersebut. Yang saya tahu pada umumnya penginapan-penginapan dengan harga terjangkau dan dengan lokasi yang berada di Pulau Jawa (akibat pernah tinggal lama di Jawa Timur), pasti kondisi kamarnya akan sesuai dengan tarif yang berlaku (kondisi kamar yang seadanya dan kecil).
Dan jreeeeng- jreeeeeng ...... 







Gede bangeeeeeeettt! Luas bangeeeeetttt!!! Bersiiiiih bangeeettt!! Sungguh diluar dugaan saya banget lho ini. Saya kira dengan harga Rp 75.000 saya akan tidur dipenginapan yang ... yaaaa gimana sih kalau harga Rp 75.000, ngebayang, kan (kondisi seadanya dan kamar super kecil)?
Awalnya, saat dimeja tamu, saya dijamu dengan pertanyaan mau kamar yang mana dan mereka memberitahukan bahwa semua harga sudah masuk ke harga per 20 Desember 2015 saat itu, dengan alasan banyak wisatawan datang dan harga sudah memasuki harga tanggal 20 (agak gak logis sih). Namun, saya bilang saja bahwa saya sudah booking sejak tanggal 12 Desember 2015 lalu kepada Ibu Dwi, dan Ibu Dwi bilang kamar saya harganya Rp 75.000. Jadilah mereka mengikuti apa yang diinstruksikan oleh Ibu Dwi, kalau tidak ... saya bisa kena harga kamar per 20 Desember tadi tuh, dengan harga Rp 125.000 untuk kamar regular.
Setelah berleha-leha sejenak di kamar, sambil menikmati enaknya dan ademnya kamar yang kayak lapangan bola (hahaha lebay!), saya pun turun dan segera meninggalkan penginapan untuk segera berpetualang dihari pertama ini.
Sebelum saya melanjutkan petualangan saya di Dieng dihari itu, saya menyempatkan diri untuk makan siang dahulu (pasalnya saya belum ada makan/sarapan dari pagi kecuali hanya minum teh hangat di Terminal Mendolo, Wonosobo) di warung belakang penginapan Bu Djono. Siang itu saya menyantap makanan rumahan atau parasmanan dengan menu nasi + tempe orek kecap + sayur + air putih (gratis). Dengan harga yang murah serta porsi yang bisa diambil suka-suka (tapi hanya sekali ambil), saya pun kenyang dan dapat merasakan kenikmatan makan siang kala itu.
Makan siang pun sudah, selanjutnya saya langsung pergi ke tempat wisata pertama yaitu Candi Arjuna. Saya membeli tiket terusan seharga Rp 10.000 yang mana tiket ini sudah termasuk tiket ke Kawah Sikidang dan Candi Arjuna. Tapi sayangnya saya tidak pergi ke Kawah Sikidang (abisnya orang-orang bilang telalu jauh untuk berjalan kaki, karena bisa mencapai 2-3 km) yowees, saya ikuti daripada kesorean disana dan gak bisa pulang kalau hujan haha.
Oiah, ada cerita lucu saat saya mau membeli tiket di pos penjualan tiket masuk wisata. Kebetulan ada dua bapak-bapak yang jaga (baju merah dan baju hitam). Mereka berdua sangat heran saat mereka tahu bahwa saya hanya seorang diri. Saya membeli tiket terusan yang harganya Rp 10.000 tadi dengan uang Rp 20.000. Si bapak baju merah terkejut sambil memegang uang Rp 20.000 saya, “Ini dua tiket?” Kemudian saya menjawab, “Ohh, enggak, Pak! Satu aja.” Dia pun bertanya kembali, “Oalah Mbak ne sendiri toh?” “Iya, Pak, saya cuma sendiri aja kesini.” Akhirnya bapak baju merah tersebut memberikan saya wejangan bahwa, “Mbak, gini ... mbak ne kan sendiri toh? Hati-hati pokoknya kalau sendirian. Mbak nya ini cewek bandel yoo!” Sontak saya bingung dan terheran, “Ihh, Pak, saya bukan cewek nakal, lho!” “Lho, yaa memang bukan cewek nakal. Saya kan bilang, mbaknya cewek bandel. Berani jalan sendiri jauh-jauh dari Jakarta. Bandel toh, pasti gak mau denger omongan orang, pasti gak suka dilarang-larang, iya toh?” Saya dan bapak-bapak itu pun tertawa karena dugaan mereka benar, saya memang cewe bandel yang batu banget kalau dikasih tahu. Namun, tidak sekeras itu juga kok, tetap dijalur yang lurus kalau dinasehati pelan-pelan hahahaha.

Candi Arjuna - Dieng



Candi Arjuna (besar) dan Candi Srikandi (kecil)
Setelah mengambil foto-foto dari segala sudut candi, saya menemukan satu sudut dimana disana terdapat banyak badut-badut dan berbagai atraksi topeng serta ada kuda poni lucu yang mana kita bisa foto bersama mereka. Eiittss! Tidak gratis! Saya harus mengeluarkan kocek untuk foto bersama badut “Teletubbies” seharga Rp 10.000 untuk 3x jepretan.

Foto bersama Para "Teletubbies"  di halaman Candi Arjuna
Setelah puas menikmati Candi Arjuna (kalau gak salah sampai jam setengah dua saya disana), saya pun kembali ke penginapan. Sebelumnya saya sempat makan lagi, kali ini saya pesan mie ongklok + air putih gratisan. Mie ongklok yang saya beli harganya Rp 10.000 dan porsi mie nya lumayan padat dan banyak, enak lho! Sebelum saya mencicipi yang namanya mie ongklok, dahulu saya kira mie ongklok ini layaknya mie kocok Bandung, pasti gurih dan pedas. Ternyata setelah mie ongklok tersebut dihidangkan dan saya coba cicipi, rasanya “ada manis-manisnya gitu”. Iya, ada rasa manis, dan jauh banget dari rasa mie kocok Bandung. Padahal dari segi tekstur hampir mirip seperti perpaduan antara mie kocok Bandung dengan Soto Mie Bogor (ngaco!).
Malam hari, saya selepas shalat Maghrib dan Isya, saya pergi kearah Indomaret atau gang masuk Candi Arjuna. Gak jauh dari sana ada penjual pecel ayam dan ikan lele yang menurut saya ini enak banget dengan harga yang enak pula haha. Cukup Rp 15.000 sudah dapat pecel ayam dengan porsi yang muantaaapp!




Di dalam tenda, saya dan pembeli lainnya menghangatkan tubuh kami masing-masing dengan mendekatkan tubuh kita ke tungku/bara api. Nah! Kayak mereka itu.
Suasana malam hari di Dieng itu sepi banget lho! Jadi, memang harus be careful sekali kalau kalian hanya seorang diri dan jalan-jalan dimalam hari.





Oke, guys! Itu dulu cerita hari pertama saya di Dieng. Benar-benar gak nyangka kalau saya bisa juga jalan-jalan jauh sendirian hahaha, nikmat juga kok. Bahkan menurut saya jalan-jalan sendirian seperti ini memang harus dijadwalkan terus kedepannya, supaya ada kalanya saya bisa menikmati perjalanan yang fun walau sendiri.
Berikut list harga dihari pertama:
  • Bayar penginapan: Rp 75.000
  • Makan siang (nasi + tempe orek kecap + sayur): Rp 8000
  • Air putih: gratis
  • Tiket masuk terusan ke Candi Arjuna & Kawah Sikidang: Rp 10.000
  • Foto bersama Teletubbies: Rp 10.000
  • Makan mie ongklok + air putih (gratis): Rp 10.000
  • Makan malam pecel ayam: Rp 15.000
Total: Rp 128.000
Catatan:
Nah, teman-teman, selalu hati-hati dimanapun kalian pergi ya. Selalu bertanya dan jangan kayak orang panik/celingak-celinguk kalau gak tau apa-apa. Dieng ini benar-benar seru buat berwisata, tapi kalau kalian gak tegas dan gak pintar-pintar bertanya, yang ada malah dibuat bingung sama calo-calo/penjaga setiap loket ataupun warga setempat. Be careful!

Regards,
FarahRZ

You Might Also Like

1 comments

  1. Best Free Slot Machines - Dr.MCD
    Find the Best Free Slot Machines at DR.MCD. Click to read the reviews and 과천 출장샵 find the best 광양 출장안마 casinos 경상남도 출장안마 offering 강릉 출장안마 the 나주 출장안마 best Free Slot Machines. The best

    ReplyDelete