Dieng Plateau #day2 || Bertemu Anak Rambut Gimbal
Dieng Plateau 2015
Here I am!
Senin, 21 Desember 2015 adalah cerita saya dihari kedua di Dieng. Benar-benar sangat semangat pagi itu. Udara di Dieng memang mantab sekali menurut saya. Semalaman saya harus bertahan dengan udara dingin dan suhu yang rendah sekali. Malam hari ditanggal 20 Desember 2015 (Minggu), hal yang saya lakukan hanyalah memutar Playlist lagunya Ellie Goulding (Delirium) dan bermain gadget membuka media sosial. Habisnya saya bingung, apalagi yang harus saya lakukan dengan seorang diri. Tidak ada teman ngobrol, dan lawan saya hanyalah gadget Samsung Tab dan ponsel Asus Zenfone 5. Namun, itu semua benar-benar seru sih menurut saya, sendiri bukan berarti ngebosanin. Malah, karena tipikal saya adalah tipe orang yang memang suka menyendiri, dalam sendiri saya bisa melakukan banyak hal dan gak terbatas oleh kehendak orang lain. Paham, kan? hehehe
Akhirnya saya pun memutuskan untuk tidur. Saya pikir, saya akan ketakutan dan gak bisa tidur karena resah sendirian, takut akan hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi ternyata semuanya berbeda dengan apa yang saya pikirkan. Yeaaahh, semalaman hingga pagi hari saya PULESSSSS tidur!
You know what? Yup, suhu di Dieng memang membius saya dan menyihir saya hahaha. Enaaaaakkk bangeeett buat dibawa tidur. Saya yang sudah menargetkan untuk bangun antara pukul 5 atau pukul 6 pagi, malah keenakan tidur. Asli, enak banget! Saya benar-benar malas bangun dan bergerak untuk segera siap-siap buat jalan-jalan lagi. Parraaahh enak banget ngulet-ngulet dikasur, lanjut tidur dengan suhu yang dingin gitu.
Senin pagi yang menyejukkan, suasanya tentram banget. Pagi yang sangat sunyi, tentram, dan damai walau dengan dinginnya keadaan Dieng pagi itu. Saya bangun seolah kayak lagi shooting film dimana adegannya saya di shoot dengan pose baru bangun tidur yang bersemangat, kemudian wajah saya mengeluarkan senyum bahagia dan cerah merona sambil ber-”hoaaamm” dan berjalan kearah jendela lalu membuka jendela. Bisa dibayangkan bagaimana adegan filmnya? Jangan! Akan hancurrrr hahahahaha
Itu gambaran suasana sekitar penginapan saya yang saya ambil dari jendela kamar saya. Bagus ya?! Kalau tidak salah, suhunya bisa mencapai 12-14 derajat celcius. Dingin banget!
Sekitar pukul 8 pagi, saya segera keluar dari penginapan dan langsung menuju kawasan wisata pertama di hari itu. Ya, saya menuju kawasan Telaga Warna pagi itu. Dari penginapan Bu Djono, saya berjalan kaki menuju tempat tersebut. Butuh waktu 20 menit atau lebih kurangnya 2 KM panjang perjalanan ke sana. Sebelum sampai di pintu masuk kawasan Telaga Warna, anda akan menemukan pos loket pertama untuk memasuki kawasan Dieng Plateau. Pos tersebut adalah loket tiket di mana anda harus membayar Rp 8000 untuk masuk ke area wisata Dieng Plateau. Tiket ini sudah termasuk tiket nonton pelmm di Dieng Plateau Theatre.
Nahh, dari pos tersebut anda masih harus berjalan kaki ke Telaga Warna dengan jarak yang ditempuh sekitar 500 meter. Jujur, saya menikmati banget jalan-jalan saya pagi itu. Capek? Uummm, gak sih ya, karena saya berasa kayak lagi jogging, jadi dibawa asyik aja sambil nikmati udara Dieng yang sejuk dan adem.
Setibanya saya di kawasan Telaga Warna, saya harus membayar lagi tiket masuk ke dalam area dengan harga Rp 5000, ini tiket khusus ke Telaga Warna. Oiah, btw, harga Rp 5000 adalah harga untuk hari Senin atau weekday. Jadi, kalau untuk weekend saya kurang tahu (maaf!) haha.
* * *
Nah, ini yang dinamakan Telaga Warna. Saya suka banget sama tempat ini. Untuk bagus enggaknya, saya rasa itu adalah relatif yaa gimana kitanya. Saya sih suka! Tempat ini bisa membuka pikiran dari kepenatan, jenuh sama suasana kota, ataupun bisa me-refresh kembali otak karena suasana sejuknya itu.
Ya, apalah daya saya yang hanya seorang diri, entah gimana mau foto diri sendiri dengan pemandangan telaga dibelakangnya, susyeeehh ... bingung! Mau minta difotoin tapi mereka yang ada bersama saya saat itu juga sedang asyik-asyiknya berpacaran. Jadilah saya yang malah mengambil foto mereka hahahaha. Sebenarnya kesalahan saya adalah bukan karena solo travel-nya, tapi saya gak punya monopod dan tripod untuk ponsel, jadi yaaa terima aja lah yaa Farah segala sesuatunya haha.
Selanjutnya, saya menuju Batu Ratapan dan Batu Pandang. Dari Telaga Warna masih satu lokasi kok, tapi untuk menuju ke puncak tersebut/batu tersebut, saya harus mendaki melewati jalan setapak yang sudah diberi susunan anak tangga. Nah, hal yang saya rasakan slama nanjak naik tangga ke atas puncak Batu Ratapan khususnya, saya benar-benar sendiri ke atas, gak ada orang lain di belakang ataupun di depan saya. Suasana hutan kecil itu sangat dingin/sejuk gitu, terus sunyi banget. Yang benar-benar saya takuti sebenarnya bukan hantu, asli bukan hantu. Yang saya takuti kalau ada orang jahat, binatang buas, atau orang gila. Pokoknya lebih ke makhluk hidup. Who knows, kan? Kalau tiba-tiba saya dibekap terus dibius, dibawa ke hutan atau atas gunung, idiiiiihh Naudzubillahimindzalik, pokoknya hati-hati buat kalian yang solo travel khususnya CEWEK!
Yap, di bawah ini foto pemandangan Telaga Warna dari puncak Batu Ratapan. Untuk bisa sampai di sini, saya diantar oleh seorang Pak petani yang menjaga kawasan Batu Ratapan. Sebelumnya saya sempat ditawarkan untuk ke Batu Ratapan atau langsung saja menuju Batu Pandang. Apabila mau ke Batu Ratapan, saya bisa memberi “tanda terima kasih” berapa saja sesuka hati saya. Saat itu saya beri Rp 10.000 dengan maksud adil dan sama seperti harga ke Batu Pandang.Untuk menaiki Batu Ratapan, track nya cukup melelahkan, ditambah saya melewati rumput-rumput yang sangat tinggi, bahkan tinggi rumput-rumput tersebut bisa setinggi badan saya. Awalnya saya merasa was-was diantar oleh Bapak tersebut. Jujur, dalam benak saya, saya takut dibohongi dan dibawa kabur ataupun di “macem-macemin” sama dia, tapi entah mengapa otak/hati dan kaki tidak sinkron. Rasanya kaki ini masa bodoh dengan segala keraguan hati dan kenegatifan pikiran diotak saya. Kaki ini terus melangkah mengikuti segala persuasi si Bapak itu. Jadilah saya terus mengikuti si Bapak tersebut yang berniat mengantarkan saya ke atas puncak Baru Ratapan. Benar-benar was-was, dan saya selalu memperhatikan sekeliling saya. Takutnya dia membawa para teman-temannya dan “membunuh” saya hahahaha (ngaco banget ini otak!). Saya sudah mengambil ancang-ancang dan memperhatikan arah datang untuk bisa pulang kembali ke bawah.
Ternyata segala dugaan yang saya terka adalah hanya prasangka buruk saja. Bapak itu sepanjang jalan menceritakan kisah keluarganya khususnya menceritakan anak-anak beliau yang telah sukses bekerja di kota. Dia juga membantu saya mengambil foto selama di atas Batu Ratapan. Angel yang cukup baik untuk seorang bapak tua yang tinggal di desa menggunakan alat canggih kamera hp saya. Saya benar-benar ditawarkan foto yang banyak dan jangan buru-buru turun, kalau bisa sampai puas. Sebenarnya sampai di atas saya masih mempunyai rasa khawatir. Takutnya saya didorong ke bawah hahahahahah (nethink abis!)
Yes, those are my photos! The first one, the picture was taken by me then the second picture was taken by “Bapak” hehe. Setelah selesai dan puas befoto-foto, kami pun turun kembali ke bawah ke arah pertigaan dari Telaga Warna, Batu Pandang, dan Batu Ratapan. Alhamdulillah tidak ada hal yang aneh-aneh selama saya diajak naik ke atas Batu hahaha. It’s just my imagination!
Setelah dari Baru Ratapan, saya melanjutkan perjalanan ke Batu Pandang dan kembali harus menaiki tangga-tangga kecil dan menanjak karena letak posisi Batu Pandang berada di atas bukit. Untuk sampai di sana, sebelumnya kita harus membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 saja, dan ini lah Batu Pandang:
Sayangnya, saat saya datang, kabut tebal menyelimuti lokasi tersebut. Saya agak susah mendapatkan foto pemandangan yang bagus layaknya gambar-gambar di internet. Jadilah saya memotret seadanya pemandangan di Batu Pandang yang tertutup oleh kabut.
Dari atas puncak tersebut, saya bisa melihat Telaga Warna dan barisan pegunungan, juga seluruh pemandangan alam Dieng. Indah sekali! Sungguh saya sangat menikmati sekali duduk-duduk di sekitar lokasi Batu Pandang sekaligus melihat panorama dan menghirup udara sejuk Dieng.
Oiah, pernah mendengar “Anak Rambut Gimbal Dieng” kah sebelumnya? Yap, saya juga sebenarnya baru mengetahui sejarah atau ke-detailan mengenai anak rambut gimbal Dieng itu saat detik-detik mau liburan ke PWT-Dieng. Sebelumnya saya hanya “pernah mendengar” saja namun tidak tahu persis seperti apa itu anak rambut gimbal. Namun, setelah akhirnya saya memutuskan untuk liburan ke Dieng, saya ada membuka internet dan menjelajah mencari tahu mengenai anak rambut gimbal. Dari situ saya berharap dapat bertemu dengan salah satu anak kecil yang punya rambut gimbal. Lumayan, bisa buat kenang-kenangan, kan? Daaannn, alhamdulillah di Batu Pandang tersebut saya dipertemukan dengan si anak rambut gimbal yang bernama Meika (7 tahun).
Awalnya saya kira dia perempuan, habisnya suaranya lembut sekali. Saya benar-benar gembira saat bertemu dengan Meika si anak rambut gembel (gimbal). Dia sama saja seperti anak-anak seumurannya, pintar, kritis, dan menggemaskan. Saya tidak berlama-lama dengan Meika dan di Batu Pandang itu sendiri. Saya merasa amat puas seketika saat bertemu Meika. Bukankah tujuan selain melihat keindahan alam Dieng, juga ingin melihat si anak rambut gimbal? Mission passed!
Lokasi selanjutnya yang saya kunjungi sekaligus menjadi lokasi terakhir liburan 24 jam saya di Dieng adalah Dieng Plateau Theatre. Dieng Plateau Theatre merupakan suatu teater di mana di dalamnya kita dapat menonton cuplikan kisah-kisah masa dahulu di Dieng, sejarah Dieng, serta pemandangan Dieng. Sungguh excited sekali saya menontonnya. Mereka menampilkan tontonan dan alur kisah yang sangat baik dan bagus lho, jadi benar-benar gak percum kalau kalian mengunjungi lokasi Dieng Plateau Theatre.
Oiah, untuk masuk kawan teater ini, kalian tidak perlu membayar HTM lagi karena sudah sekaligus menjadi tiket terusan saat pertama kali kita membayar tiket di pos awal (pos pertama kali) sebelum kita memasuki loket Telaga Warna (jadi bukan satu kesatuan dengan loket Telaga Warna).
Yeay, selesai sudah liburann saya di Dieng selama dua hari satu malam. Setelah Dieng Plateau Theatre menjadi kawasan terakhir saya berkunjung, saya langsung balik ke penginapan dan mengepak barang-barang, berberes-beres di kamar, dan beristirahat sejenak sebelum akhirnya saya harus pulang siang itu.
Pukul 13.00 saya kembali ke PWT dengan menaiki microbus yang saya tunggu persis di depan penginapan Bu Djono. Banyak microbus yang lalu lalang di pertigaan itu. Untuk transportasi pulang ke PWT, sama saja seperti transportasi saat saya datang ke Dieng dari PWT. Karena ini kebalikannya, jadi pertama, saya harus menaiki microbus dengan tujuan Terminal Mendolo, Wonosobo, kemudian dilanjutkan dengan Bus Wonosobo - PWT, dan terakhir karena waktu sudah maghrib, saya hanya bisa menggunakan ojeg ataupun traksi. Saya lebih prefer memilih ojeg karena harga taksi pasti lebih mahal. Alhasil, saya naik ojeg dari terminal di PWT ke kosan Selma setelah akhirnya saya tawar-menawar harga ojeg.
Pada malam hari di Purwokerto, selepas pukul 5 sore ke atas, sangat jarang bahkan hampir tidak ditemukannya angkot yang beroperasi layaknya di Jabodetabek. It was barely to see angkot there. Untuk itu, taksi ataupun ojeg adalah pilihan yang tepat untuk anda apabila bepergian di malam hari.
Nah, itu saja kisah saya selama lebih kurangnya 24 jam di kawasan Dieng Plateau. Di bawah ini seperti biasa akan saya tulis daftar pengeluaran saya di hari kedua saya:
- Tiket masuk kawasan Dieng Plateau (include Dieng Plateau Theatre); Rp 8000
- Tiket masuk ke Telaga Warna (WD/Senin): Rp 5000
- Tiket masuk ke Batu Ratapan Angin: Rp 10.000
- Tiket masuk ke Batu Pandang: Rp 10.000
Total: Rp 33.000
Catatan:
Pesan saya selama anda ber-solo travel adalah anda tetap harus waspada, hati-hati, lalu jangan terlihat “bodoh” ataupun “cengok (gak tau apa-apa)”. Kalau ada yang tidak dimengerti atau sekiranya bingung anda sedang di mana atau harus bagaimana, tanya! Anda harus bertanya atau anda akan tersesat di jalan. Jangan pernah panik dalam situasi apapun walaupun anda sedang sendiri. Tetap tegas dengan siapapun tetapi tetap sopan dan santun terhadap orang lain di jalan. Jaga uang, jaga benda berharga, jaga kondisi fisik, dan jaga sampah-sampah yang anda punya. Selamat berlibur ke Dieng, selamat menikmati!
Regards,
FarahRZ
1 comments
Artikel yang sangat menarik, ayo ajukan Kredit Pendidikan
ReplyDelete