Latest Posts

Persiapan ke Gunung Merbabu 2017

By 23:05 , , ,

Si Adik Ikut Hiking, lho!


Assalaamu 'alaykum warohmatullaahi wabarokaattuh!

Lama banget saya gak nulis di blog ini dikarenakan banyaknya agenda dari terakhir saya nulis mengenai perjalanan ke Gunung Guntur (di sini). Naahh, tanggal 21 April 2017 lalu bertepatan dengan hari Kartini, saya dan lima orang teman-teman saya melakukan pendakian ke Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Seperti apa kisah pendakian kami? So, let's jump to the stories below...

Kos-kosan Ceria

Bulan Maret (sekitar awal dan pertengahan), Bang Gunawan salah satu anggota di grup "Kos-kosan Ceria" mengajak teman-teman satu grup untuk melakukan acara pendakian berikutnya setelah Gunung Slamet menjadi tempat kos terakhir. Namun, kala itu, saya absen ngekos di Gunung Slamet karena saya masih harus berkutat doing something di suatu desa untuk me-recovery jiwa dan tubuh dari hingar-bingarnya Jakarta. Long story short, karena tidak ada mobil travel yang langsung menuju Purbalingga dari desa saya tinggal, juga jadwal bis serta kereta yang tidak pas, akhirnya saya mengurungkan niat untuk bertafakur alam di Slamet bersama mereka. 

Ok, balik ke inti cerita! Saat itu Bang Gun memberikan informasi bahwa pendakian ke Gunung Merbabu akan dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 17 April 2017 yang mana bertepatan dengan libur panjang di bulan April (kebetulan April dan Mei 2017 ini banyak libur panjangnya, by the way!). Niat awal saya memang ingin ikut, namun karena satu dan lain hal, saya berpikiran untuk menunda ikut "lagi" di pendakian kali ini (sebenarnya, saya memang belum ada bilang ikut juga sih ke Kak Ucu dan Bang Gun).

Bulan April, selang beberapa minggu memasuki bulan April, Bang Gun mengirim informasi kembali ke grup mengenai pendakian ke Merbabu bahwa acara diundur menjadi tanggal 21 s.d. 24 April 2017, di mana yang ikut baru beranggotakan enam orang (saya belum tahu siapa-siapa saja orangnya, dan juga dibenak saya, mereka pastilah para lelaki). Hingga akhirnya H-4 (hari Senin), Bang Gun masih bertanya ke grup mengenai adakah yang ingin ikut lagi, dan jawabannya masih sama, yang lain absen dan peserta tetap enam orang. Kala itu, saya membaca grup whatsapp Kos-kosan Ceria di transjakarta menuju kantor di pagi hari. Tanpa pikir panjang, seketika saya bertanya di grup mengenai siapa saja yang ikut dan apakah ada wanita yang ikut. Kemudian, pertanyaan saya dibalas oleh Kak Ucu bahwa yang ikut ada Bang Gun, Erik, dan Bang Handy, juga ada tiga wanita yang akan ikut kelak. Kak Ucu membalas pertanyaan saya dengan bertanya kembali, "Kamu gak ikut Far?" Di sini lah saya sekonyong-konyong mengontak Kak Ucu secara pribadi menanyakan pendakian ke Merbabu kelak.

Singkat cerita, Kak Ucu bilang dari tiga wanita itu ada Kak Yanti. Waaaahh, saya semakin excited untuk ikut. Saya kira tidak akan ada wanita, ternyata ada Kak Yanti yang ikut hehe. Alhasil, diakhir percakapan, saya bilang pada Kak Ucu bahwa saya insyaAllah ikut dan saya akan mengontak Bang Gun kalau saya akan ikut "jalan-jalan" bersama mereka.


* * *

Menuju hari-H, dua diantara kami menyatakan mundur untuk ikut pendakian ke Merbabu. Bang Handy dan Ella (teman Kak Yanti) absen karena Bang Handy mengalami cidera dikakinya, jadi pasti akan sangat riskan kalau dipaksa mendaki dan Ella tiba-tiba sedang kedatangan tamu bulanan, jadilah kami berenam yang tersisa ikut ke Merbabu.


Mengajak si Adik - Farisah

Sudah lama sebenarnya saya menginginkan Farisah, adik saya, ikut bersama saya mendaki. Saya ingin melihat dia menghadapi medan yang "aneh-aneh" dan kondisi yang tak menentu di alam, particularly a mountain. Beliau pun sebenarnya ada rasa ingin mendaki saat kami tinggal di suatu desa kala itu. Dia bilang ingin mencoba mendaki ke Semeru. Namun itu hanya keinginan semata. Kurangnya gears yang saya bawa dari Jakarta membuat kami menunda "cita-cita" mendaki bersama ke gunung. Hingga akhirnya, pendakian kali ini, saya yang kala itu duduk manis di bus transjakarta, seketika me-LINE Farisah dan mengajaknya, "Dek, ke Merbabu yuuuk!".

Long story short, I got several gears for Farisah so that she would use them for her hiking. I got a sleeping bag from my friend, Naren, and a blue day-pack (it is mine) that would be used by her. We were really hectic and confused while searching the day-pack because if Farisah wore a carrier, she wouldn't be capable to hold it. So, I lent my day-pack (Eiger) for her and I thought that it was adequate for her. Then, Farisah also borrowed a raincoat and a black jacket (Ario's) for uncertain circumstances. As a result, she got approximately 4 things as her gears.

Setelah bingung mencari peralatan gunung karena saya enggan melihat dia membawa beban yang berat seperti pendaki pada umumnya, saya pun masih kualahan, bagaimana caranya dia tetap merasa gak too heavy to hold the bag. Saya bolak-balik mindahin barang-barang dari tas dia ke tas saya dan sebaliknya. Finallyafter considering those things, I decided to load my carrier with two sleeping bags, some clothes and trousers (Farisah's and mine), one mineral bottled water, my raincoat, my jacket, my first aid kit, my shoes, and etc. Then, in her bag, there were various snacks, three mineral bottled water, her raincoat, and her sandal. Yes, that's all! 

You Might Also Like

0 comments