Gunung Semeru via Ranupani || Akhirnya Tiba di Taman Nasional! (#1)
Gunung Semeru #part1
Mei 2017 lalu, saat saya menghadiri resepsi pernikahan teman saya di SMESCO, dan hendak untuk berpamitan pulang, salah satu teman saya Sur memanggil dan mendatangi saya sembari mengobrol-ngobrol ringan. Inti obrolannya, ia mengajak saya liburan ke Semeru setelah H+3 lebaran 1438H. Saya sih mau aja, tapi lihat situasi, apakah memungkin setelah H+3 lebaran itu.
Singkat cerita, selang 2 (dua) minggu kemudian, pada akhirnya diri ini mantap untuk menerima ajakan Sur ke Semeru. Rencananya, kami pergi berempat (saya, Sur, Rio, dan Anis/adik Sur). Sur memang tidak ingin mengajak banyak orang karena ia hanya punya 1 (satu) tenda dengan kapasitas 4-5 orang saja, dan disamping itu, dia juga tidak suka terlalu ramai. Empat orang cukup dan nyaman untuk bepergian kelak.
* * *
Pasar Senen - K. A. Jayabaya
Pintu gerbang "ticketing" kereta api Jayabaya sudah dibuka walau kereta baru akan berangkat pukul 13.00 siang nanti. Saya segera masuk untuk menunggu 3 (tiga) teman saya di ruang tunggu bagian dalam (kebetulan ada ruang tunggu bagian luar juga). Setengah jam menunggu, pukul 12.15 siang akhirnya mereka datang. Kami pun satu sama lain saling menyapa dan mengucapkan selamat lebaran (karena kami berangkat masih edisi H+3 lebaran). Oiah, ada sedikit drama di siang itu haha. Untuk teman-teman yang ingin mendaki ke Gunung Semeru, persyaratannya (di saat saya mendaki) adalah salah satunya membawa surat sehat dari dokter. Sehari sebelumnya saya sudah cek kondisi badan saya di mana saya sehat wal 'afiat dan siap untuk mendaki. Namun, tragedi tetaplah tragedi haha, hari itu saya tidak membawa surat dokter alias ketinggalan (baca: lupa). Saya langsung mengabari Rio kalau saya gak bawa surat dokter. Untungnya mereka gak marah/kecewa, malah membuat saya untuk gak panik, "santeee aeee" ujar mereka. Kereta pun tiba 2 menit kemudin, dan kami langsung masuk ke dalam gerbong masing-masing (saya di 1 dan mereka di 7).Sedikit review mengenai kereta api Jayabaya yang saya naiki ini. Ini kali kedua saya menggunakan jasa kereta api Jayabaya yang mana sebelumnya di tahun 2016 lalu saya bersama 3 (tiga) teman saya berlibur untuk mendaki ke Gunung Arjuno. Kalau dirasa-rasa, ternyata kereta api ini kecepatannya termasuk cepat juga lho untuk ukuran kelas ekonomi. Berbeda dengan kereta api Matarmaja yang mana sama-sama berkelas ekonomi dengan rute yang sama pula, Jakarta - Malang. Nah, bedanya, Jayabaya ini ada rute ke Surabaya dahulu kemudian baru ke Malang (jadi tidak lewat Madiun, Kediri, dan Blitar). Benar-benar seperti ngebut, dan "klakson" kereta selalu terdengar agar pengguna jalan yang melintas segera berhenti/hati-hati tanda kereta akan lewat. Ini artinya, kereta ini benar-benar cepat ya haha.
Tiba di Malang
Kamis, 29 Juni 2017 Pukul 02.42 dini hari, kereta api Jayabaya tiba di Stasiun Malang kota Malang dengan selamat, alhamdulillah. Saya segera turun menuju pintu gerbang utama stasiun untuk bertemu 3 (tiga) teman saya. Oiah, saya juga janjian bertemu Japra (teman di pencinta alam dan junior di perminyakan) karena sudah lama sekali saya tidak berjumpa dengan dia. Entah kapan terakhir ketemu, mungkin saat dulu masih kuliah haha.Pukul 03.10 dini hari, kami pun berangkat menggunakan angkot sewaan dari Stasiun Malang menuju daerah Tumpang. Kenapa harus ke daerah Tumpang dulu? Iya, karena di sana lah pemilik Jeep tinggal, dan Jeep (kata teman saya, Sur) tidak bisa masuk ke area Stasiun Malang untuk menjemput para penyewanya. Untuk itu, kami para pendaki mau tidak mau berjumpa dengan Jeep kami tercinta di Tumpang. Naah, setelah dari Tumpang nanti, selanjutnya kami menaiki Jeep pergi menuju desa Ranupani (basecamp Gunung Semeru via Ranupani).
Tiba di Tumpang (Menyewa Jeep)
Sepanjang perjalanan menuju Tumpang sangatlah sepi dan dingin. Literally sepiiiiii, kalau ada begal mah gak akan ada saksi juga saking gak ada orang/kendaraan yang lewat (yaiyalaah, jam setengah 4 kala itu). Menjelang subuh kira-kira pukul 03.40, kami tiba di rumah Bapak yang punya Jeep. Kami datang sepertinya mengganggu yang punya rumah, nih. Lingkungannya yang sepi berasa kami ini mau mencuri hahaha... Sekali dua kali mengetuk rumah pemilik Jeep, tidak ada yang membuka. Hingga kami mengucap salam dan mengetuk kembali pintu utama, barulah istri dari Bapak empunya Jeep membukakan pintu untuk kami. Oiah, terparkir 2 Jeep terbuka di rumahnya, satu di samping teras (berwarna oranye), dan yang satu lagi di garasi (berwarna hitam). Dua-duanya terpampang begitu saja. Seolah lingkungan tempat tinggalnya menjamin keamanan yang 100% terpercaya, haha.Yang lucunya (ceritanya flashback nih), saat kami tiba di rumah pemilik Jeep, kami "terseponahhh" dengan Jeep yang berwarna oranye. Jeep ini tuh sepertinya strong dan "kecehhh". Sur dan Rio sudah terlihat gembira dengan menebak-nebak akan naik Jeep yang mana, itukah Jeep yang akan dipakai nanti ke Ranupani, ataukah yang hitam? Saya sih gak mau senang dulu. Mungkin saja yang hitam yang akan dipakai. Sebenarnya, Jeep yang hitam sama bagusnya, tapi karena ini berwarna oranye dengan body yang lebih menarik, jadilah Sur dan Rio bahagia mengkhayal akan menggunakan Jeep tersebut.
Setelah Ibu itu membuka, lalu memanggil Bapak empunya Jeep, Bapak pun keluar dan menyambut kami dengan wajah agak berat hati (karena kami datangnya pagi buta hahaha). Kami pun menyapa dan bersalaman. Setelah berbasa-basi semenit-dua menit, kami langsung dituntun si Bapak menuju tempat tinggalnya yang kedua di mana di sana ada Jeep yang akan kami naiki nantinya. HAHAHAHAHA, sontak tebakan Sur dan Rio salah, neither of them, but another Jeep at another house (or car park?). "Ya, mari ke tempat anak buah saya, nanti dia yang bakal mengantar kalian ke Ranupani!" daannn, jreng-jreeeeeng, terpampang Jeep berwarna merah di sana.
Jadi, tempat yang kami datangi pertama kali adalah rumah Bapak dengan Jeep pribadinya. Lalu kediaman yang kedua (hingga saat ini saya masih gak paham, ini tuh kos-kosan, tempat tinggal anak-anaknya, atau tempat tinggal anak buahnya? Karena banyak lelaki dan wanita tinggal dalam satu atap) adalah tempat tinggal anak buah si Bapak beserta mobil Jeep diparkir. That's why he offered us to come to this house.
* * *
Menuju Ranupani
Oke, singkat cerita, kami berangkat menuju Ranupani bertepatan saat adzan subuh dikumandangkan. Jam berapa tuh berarti (saya lupa)? Berarti sekitaran pukul 04.25 lah (adzan daerah Tumpang). Tadinya, si Bapak bilang kalau klinik berobat bukanya sekitar jam 7an. Waaahh, bisa gak keburu ini untuk sampai di basecamp (buat register masuk TNBTS). Pasti sampai sana sudah kayak pasar kalau jam 7 aja kami baru ke dokter. Saya gak enak banget sama Rio dan Sur, tapi bagaimana. Bapak akhirnya menyuruh kami jalan sekarang walau perkiraannya sang dokter baru ada jam 6-7an (si Bapak kenal dengan klinik yang nanti kami datangi). Akhirnya, kami pun berangkat.
Nah, karena masalah surat dokter yang tertinggal, dan kami (kalau yang ini sengaja beli di Tumpang karena kalau beli di Jakarta bisa bau di kereta) belum membeli bahan-bahan makanan, jadilah si Mas-mas mengantar kami ke beberapa tempat sesuai kebutuhan kami. First of all, the driver escorted us to "Alfamart" where we were able to buy snacks and other things. Initially, we would buy a "tabung gas" sih sebenernya, namun kami gak dapat karena tabung gasnya habis. After that, we went to the doctor to make a "surat sehat". Ehhhh, pas kami sampai di tempat (sekitar pukul 04.45 subuh), ternyata sudah buka. ALHAMDULILLAH, Allah benar-benar memudahkan kami untuk tidak telat sampai basecamp. Nahh, saya pun turun dari Jeep dan masuk ke klinik tersebut.
Saya ketuk tuh pintu klinik, dan akhirnya disambut "wajah ngantuk" sama Mbak-mbak klinik. Ada 3 (tiga) orang yang berjaga di subuh itu. Saya rasa sih semuanya masih dalam keadaan setengah sadar dan berat hati, dan ini kali keduanya saya membangunkan orang di subuh ini haha. Akhirnya, saya diperiksa (TB, BB, dan tensi darah) dan hasilnya masih sama, 110/80 yang artinya sehat. Oiah, saya periksa kesehatan saya ini masih di daerah Tumpang (saya lupa nama kliniknya) dengan harga Rp 16.000,-.
Setelah dari klinik, kami melanjutkan perjalanan kami ke pasar Tumpang, tempat di mana para pendaki membeli keperluan logistik mereka. Kami tiba pukul 05.05 subuh. Di sini pasarnya bersih, dan ramaiiiii sekali pagi itu. Bahan-bahan masakan yang kalian inginkan bisa dikatakan lengkap. Kami berniat memasak Teriyaki Chicken (menu utama), kemudian sisanya adalah masakan-masakan simple seperti mie instan, nugget, dan tempe goreng tepung.
Okaayy, pukul 05.20 pagi kami siap melanjutkan perjalanan menuju desa Ranupani, tempat terakhir para pendaki berada sebelum mendaki ke Gunung Semeru. Dari Tumpang menuju Desa Ranupani sekitar 1 jam lebih (pukul 06.43).
Okaayy, pukul 05.20 pagi kami siap melanjutkan perjalanan menuju desa Ranupani, tempat terakhir para pendaki berada sebelum mendaki ke Gunung Semeru. Dari Tumpang menuju Desa Ranupani sekitar 1 jam lebih (pukul 06.43).
* * *
Tiba di Basecamp Ranupani
Desa Ranupani dan masyarakat asli suku Tengger |
Ketika kami sampai, suasana benar-benar seperti pasar. Ruammeeeeeee bener! Antrean pendaftaran simaksi pun panjang hingga ada 2-3 barisan, belum lagi yang antre di bagian dalam (dekat loket). Sepertinya banyak antrean yang memang sudah terpencar-pencar. Awalnya Rio yang mengantre, Sur yang mencoba menghubungi teman-temannya, dan saya yang mencoba mencari informasi pendaftaran di dekat loket. Intinya kami berpencar supaya kami cepat mendapatkan formulir. Dengar-dengar, sih, batas pengembalian formulir itu pukul 10.00 pagi. Bayangin, jam 10 semua berkas-berkas sudah harus dikembalikan, sementara situasi basecamp ramainya minta ampun. Oiah, para pendaki yang tiba hari Rabu kemaren dan tidak mendapatkan formulir alias tidak kebagian kuota dari 500 pendaftar, mereka memilih bermalam hingga hari berikutnya dan mendaftar kembali di keesokan harinya. Bermalam bagaimana nih maksudnya? Di rumah warga atau di penginapan? Kalau yang saya lihat sih ya, mereka memasang tenda mereka masing-masing layaknya nge-camp.
Setelah sejam-dua jam menunggu, Rio memanggil saya dan Anis untuk mengikuti briefing di aula selama kurang lebih 1 jam yang mana kegiatan ini harus diikuti para peserta dan merupakan syarat untuk mendapatkan simaksi Gunung Semeru. Setelah datang ke aula, kami gak langsung masuk untuk mendengarkan briefing tersebut. Kami harus menunggu panggilan hingga nama kami dipanggil oleh petugas basecamp. Ternyata, Sur sudah lama mengantre di depan pintu aula itu, berusaha memberi formulir pendaftaran agar nama kami dipanggil. Jadi, "siapa cepat dia dapat" yang duluan memberi kertas itu ke petugas.
Ingat lho, batas semua berkas dikembalikan itu jam 10 pagi, dan ini sudah mau jam 8, nama kami belum ada dipanggil-panggil. Suasana sunggu gaduh, sedikit-sedikit ada aja drama petugas dan peserta yang saling ngotot mengenai pemanggilan nama. Rio dan Anis tetap anteng aja menunggu Sur lolos memberi kertas ke petugas.
Rio dan Anis sedang menunggu Briefing |
Waktunya Briefing
Keadaan di dalam ruangan setelah "drama" desak-desakan, ngotot-ngototan, dan saling tidak sabar di depan pintu berlangsung sangat kondusif. Pembicara memberikan informasi dengan sangat jelas dan tidak bertele-tele. Kami diberi informasi seputar zona yang ada di taman nasional, jalur pendakian, makhluk hidup yang ada di TNBTS, dan juga mengenai sikap, tata tertib, dan sopan santun peserta saat melakukan pendakian. Oiah, ada hal yang mengejutkan lho bagi saya saat mendengar informasi mengenai tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitaran TNBTS. Salah satunya adalah tumbuhan verbena brasiliensis, yaitu tumbuhan yang selama ini orang-orang tahunya adalah bunga lavender karena warna dan bentuknya seperti bunga lavender.Tumbuhan ini bersifat parasit/invasif yang mana dapat merusak ekosistem/tumbuhan di sekitarnya. Persaingan dalam mendapatkan air juga sangat tinggi lho! Pasalnya, tumbuhan verbena ini sangat kuat dalam menyerap air, sehingga tumbuhan lain akan kekurangan asupan air. Pihak pengelola TNBTS ini justru "mengizinkan" para pendaki untuk boleh mengambil/mencabut/membawa pulang tumbuhan tersebut supaya tumbuhan ini tidak tumbuh di area TNBTS. Namun, ada cara-cara yang bijak dalam memetiknya, yaitu: siapkan trash bag, wadah, atau kantong plastik (kalau bisa yang besar), kemudain para pendaki harus memetiknya dari akar (karena percuma saja kalau yang dipetik bunganya atau hanya tangkainya saja) dan pastikan biji ataupun bunganya tidak jatuh tercecer kembali ke tanah. Lalu, tumbuhan yang sudah dipetik tadi dimasukkan ke dalam wadah. Saran saya nih, kalau bisa metiknya pas hari pulang setelah muncak/dari Kalimati menuju basecamp. Kalau metiknya pas baru mau ke Kalimati/muncak, nanti takutnya tercemar dan jatuh kemana-mana tumbuhannya. Hehe.
Mengenai jalur menuju puncak Mahameru, setelah melewati Kalimati, jalurnya sudah tidak melewati kawasan Arcopodo lagi lho, namun melewati jalur baru. Jalur baru ini dibuat sekitar tahun 2014, dan jalurnya lebih baik dan tidak seterjal Arcopodo. Sejujurnya saya kurang tahu alasan dibuatnya jalur baru dan tidak lagi memakai/melewati Arcopodo. Namun, menurut hemat saya, mungkin dibuatnya jalur ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena Arcopodo sangatlah curam untuk dilewati.
Oiah, ada lagi yang baru saya tahu bahwa penggunaan "drone" di TNBTS ini dilarang, karena takutnya mengganggu keadaan zona inti di TNBTS. Kalaupun ingin membawa dan menggunakan "drone", haruslah meminta izin terlebih dahulu kepada pihak TNBTS. Informasi ini saya dapatkan saat briefing juga, yaa! Memang sih, dewasa ini banyak sekali liputan-liputan di Youtube yang nge-vlog menggunakan "drone" di atas gunung/sepanjang kawasan gunung itu sendiri. Namun, mungkin tidak untuk TNBTS. Pantas saja, kok saya setiap lihat di Youtube untuk mencar tahu medan Gunung Semeru, hampir tidak ditemukan adanya para youtuber atau vlogger yang meliput menggunakan "drone". Wokelaaah!
Pemberi materi briefing pagi itu adalah para relawan untuk TNBTS. Mereka volunteer yang artinya mereka bekerja tanpa dibayar oleh pihak TNBTS. Mereka bilang, mereka mulai bergabung pada tahun 2014 lalu, dan hingga saat ini mereka masih membantu, menolong, dan ikut andil dalam kepengurusan simaksi dan lainnya untuk para pendaki-pendaki Gunung Semeru. Hebaaatttt!!! Nah, di bawah ini adalah gambar yang sekaligus nantinya akan dijelaskan oleh Mas-mas volunteer tadi mengenai jalur pendakian Gunung Semeru.
Intinya, kita tetap harus waspada dan gak usah rusuh laaah, apalagi saat turun dari puncak. Maksudnya rusuh, apa nih? Rusuh tuh maksudnya gak usah sok-sokan, gak usah gegayaan, gak usah buru-buru "ngibrit" (lari sana-lari sini) kayak dikejar hutang hahaha. Turun biasa aja, santai, nikmati pemandangan. Lagian mau buru-buru kemana sih? Haha. Nanti nih ya, kalau lari-larian gak kekontrol, yang ada celaka. Entah nyelakain diri sendiri (ini sih resiko pribadi) atau malah bisa mencelakakan pendaki lain (nahh, ini nih yang repot, pendaki lain yang lagi "selow-selow"nya turun, bisa ikut kena accident juga). Celaka yang lebih parah lagi adalah kalau salah jalur saat turun, malah ke jalur BLANK 75. Apa itu Blank 75? Blank 75 atau death zone/zona berbahaya/zona terngkorak adalah nama untuk sebuah jurang sedalam kurang lebih 75 meter dan berada di timur laut dari arah puncak Mahameru menuju Kalimati (lihat gambar). Kalau tidak hati-hati, para pendaki yang turun bisa tersesat ke arah Blank 75 dan jatuh terperosok ke dalam jurang tersebut. Ngeri yaaa!?
Okay, setelah hampir sejam peserta diberi informasi, akhirnya pukul 08.55 kami keluar ruangan dan siap mendaki. Eitttss, gak langsung mendaki juga! Kebetulan kami belum makan dari setibanya kami di stasiun. Pagi ini kami mau makan bakso di dekat pos pendaftaran. Sebelum sarapan, saya dan Anis mengganti pakaian kami seharian kemaren dengan pakaian bersih untuk mendaki. Saya memakai pakaian khusus hiking terutama baju dengan bahan quick dry dan ringan (bukan berbahan katun). Setelah berganti pakaian, saya dijemput Rio ke tempat bakso untuk packing ulang barang-barang bawaan kami di sana. Tidak langsung packing, namun sarapan terlebih dahulu. Harga bakso yang saya beli adalah Rp 10.000,- saja (sudah dapat bakso 3-4 buah, tahu, dan lontong. Yappp, lontong! Baru kali ini makan bakso pakai lontong). Barulah setelah semuanya selesai makan, kami membongkar ulang dan mengepak kembali carrier kami masing-masing agar terlihat lebih rapih dan nyaman saat dipikul.
* * *
Mulai Mendaki (Basecamp - Ranu Kumbolo)
Sekitar pukul 12.30 siang kami mulai start dari Ranupani menuju camping area pertama kami di Ranu Kumbolo. Menurut perkiraan, mungkin kami akan tiba sekitar jam 5 sore. Awal mendaki selepas tulisan "Selamat Datang Para Pendaki Gunung Semeru", jalur yang kami lewati sudah menanjak aja lho! Terjal sih enggak, cuma langsung di kasih jalanan yang terus menanjak haha. Namun, ini gak berlangsung lama dan jauh, kok. Di ujung tanjakan ini juga sudah landai, walau masih menanjak, tapi tidak seperti sebelumnya.
Suasana Pos-2 dan Warung Camilan |
Perjalanan dari Pos-2 ke Pos-3 ini yang lumayan panjang. Lebih jauh ini daripada basecamp ke Pos-1. Saat pendakian ke Pos-3, kami melewati lokasi istirahat yang bernama Watu Rejeng. Di sanalah kami beristirahat sekitar 5 menit karena dari Pos-2 ke Watu Rejeng saja cukup jauh. Setelah itu, kami melanjutkan kembali perjalanan ini. Beneran "ngos-ngosan" banget menuju Pos-3. Medan yang menanjak terus sih enggak ya, hanya saja agak jauh dan jalurnya yang kian menyempit serta adanya kabut yang sudah mulai turun (jadinya dingin).
Istirahat sebentar di Watu Rejeng (menuju Pos-3) |
Akhirnya sekitar jam 4 sore, kami tiba di Pos-3, dan kali ini (saya lupa ada semangka atau tidak) kami beristirahat dengan membuka camilan fitbar-nya Rio dan cokelat snickers-nya Sur. Sambil menyeting ulang tas, kali ini saya mengambil 2 (dua) trekking poles merah saya dari kantong yang ada di samping carrier. Kali ini saya harus pake tongkat agar jalannya lebih nyaman dan lancar. Selang dari duduk-duduk cantik di Pos-3, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju Pos-4, pos terakhir sebelum bertemunya para pendaki dengan camping area Ranu Kumbolo. Oiah, sebenarnya, gambaran Pos-4 itu sendiri tidak begitu terlihat layaknya pos-pos sebelumnya. Tidak ada warung ataupun tempat beristirahat untuk para pendaki. Namun, di Pos-4 ini, orang-orang akan disuguhkan pemandangan yang MasyaAllah banget jika dilihat dari pos ini. Yappp, danau Ranu Kumbolo!
Sekitar pukul 17.10 sore, akhirnya kami tiba di Ranu Kumbolo dalam keadaan sehat wal 'afiat dan aman. Kami langsung mendirikan tenda dan segera memasukan carrier kami masing-masing ke dalam sana karena suhu di luar sini semakin dingin. Sementara saya dan Anis beberes di dalam tenda, Rio dan Sur mengambil air bersih di danau untuk keperluan masak, bersih-bersih, dan lainnya.
Suasana danau Ranu Kumbolo dengan latar belakang abu vulkanik |
* * *
Malam pertama kami menginap di sini, kami akan memasak dan menyantap teriyaki chicken dengan nasi putih. Banyak kekonyolan-kekonyolan yang terjadi saat sebelum dan selama makan malam ini. Obrolan-obrolan ringan kami yang membuat kami saling tertawa dan "menyinyir" satu sama lain, membuat kami lupa akan rasa lelah kami siang tadi. Ahhh pokoknya seruuuu banget bisa berbincang-bincang hangat sementara suhu di luar sana sangat dingin. Kami semua juga telah mengganti pakaian siang tadi dengan pakaian bersih untuk tidur nanti, dan kami juga melapisi pakain dengan jaket yang lebih tebal. Saya pun memakai 3 (tiga) rangkap pakaian lho! Baju pertama saya adalah heattech-nya Uniqlo warna peach, dan ini efektif sekali hangatnya. Saya suka! Lapisan kedua, saya memakai down jacket dari Uniqlo berwarna merah marun. Kemudian yang ketiga, saya memakai down jacket dari Ellesse berwarna hijau dongker. Tak lupa juga saya dan teman-teman telah menggosokkan balsem hangat ke setiap area tubuh yang sekiranya terasa pegal, sehingga esok hari seluruh tubuh ini kembali ringan untuk dipakai berjalan jauh.
Sekitar jam 8 malam, kami sudah siap diposisi tidur kami masing-masing. Tenda Lafuma kuning ini memang benar hanya cukup untuk 4 (empat) orang saja normalnya. Kalau mau maksa, 5 (lima) orang mungkin bisa jika dipepet-pepet. Karena Rio dan Sur terlihat capek sekali, mereka tidur duluan dari saya dan Anis dengan pulasnya.
Keadaan suhu di dalam tenda ini aja udah dingin, apalagi di luar sana, pasti sangatlah dingin, entah berapa derajat malam ini. Seperti biasa, kebiasaan saya kalau menginap di gunung pastilah tidak bisa tertidur dengan nyaman. Sesekali (mungkin berkali-kali) mencari posisi enak untuk tidur, hadap kiri-hadap kanan, gak ada yang pas. Saya selalu heran kepada orang-orang yang bisa tertidur pulas di gunung di tengah dinginnya malam, brrrrrr!! Seumur-umur saya tidur pulas malam hari itu hanya di Gunung Arjuno (benar-benar pulas dan sampai ngulet gak mau bangun saking enaknya) dan yang kedua di Gunung Guntur. Sisanya, saya harus bangun, lalu tidur, dan bangun lagi. Kebiasaan kedua, saya pasti terjaga. Saya kebiasaan bangun untuk memastikan keadaan tenda dan teman-teman saya. Kalau semuanya tidur dan gak ada yang gantian bangun, nanti takutnya ada apa-apa. That's why I preferred to wake up.
Terakhir, kalau tenda mulai dingin, dan tidur semakin gak nyaman, yang saya lakukan adalah bangun dari posisi tidur. Kemudian saya duduk seperti biasa dan tidur deh hahaha (tidur sambil duduk maksudnya). Pasalnya kalau posisinya dalam keadaan tidur, udara dingin dari arah lapisan bawah tenda suka masuk. Kadang-kadang, matras gak bisa men-insulate dengan baik, pffttt!
Tiga lapis pakaian + kupluk hangat + sleeping bag polar |
Sekitar jam 1 dini hari, saya terbangun untuk pipis. Ternyata, Anis sudah dalam keadaan terbangun juga saat itu dan sedang memandang saya (haha akward). Dia bilang, dia mau pipis, dan kebetulan saya juga. Jadilah kami berdua ke luar tenda untuk mencari tempat pipis.
Tahukah teman-teman, di luar sini saat jam 1 dini hari, bintang-bintang beserta gugusan milky way-nya terlihat sangat jelas? Langit menyuguhkan kecantikannya yang luar biasa. Baru kali ini saya melihat bintang-bintang bertaburan sangat indah, dan saya bisa lihat keindahan ini hanya di gunung. Seingat saya nih, saya kayaknya belum pernah lihat bintang-bintang yang indah seperti ini. Pernah gak ya, lupa saya juga. Yang jelas, baru lihat lagi yaaa ini, di gunung. Di gunungnya pun selama naik gunung, baru lihat di Semeru lho! Pantas saja orang-orang berlomba-lomba untuk memotret dan mendokumentasikan milky way, wong saya aja yang lihat saat itu takjub banget.
Buru-buru saya langsung masuk kembali ke dalam tenda dan mengambil tripod kemudian menyetel ulang kamera mirrorless Olympus PEN Mini EPM2 untuk dapat memotret bintang-bintang. Berkali-kali saya menyetel aperture, diagfragma, dan ISO untuk mendapatkan hasil yang baik seperti orang-orang. Namun, setelah mempraktekannya, saya tidak mendapatkan satu pun hasil yang bagus. Padahal sebelum saya pergi ke Semeru ini, saya sudah mempelajari teknik memotret milky way dan sudah mencatat berapa-berapa saja exposure yang harus di-setting.
Gelap gulita banget, ya? Motret apaan coba saya? Haha. Ternyata, saya baru tahu kalau lensa M.Zuiko 14-42mm yang saya bawa ini adalah lensa auto, dan bukan lensa manual. Jikalau mau menangkap objek yang sulit dibidik, baiknya kita memakai lensa secara manual agar kita bisa atur tombolnya untuk mengambil objek. Sayangnya yang saya bawa ini otomatis, jadi secara otomatis pula objek bisa tertangkap/tidak. Akhirnya, saya kembali ke dalam tenda karena saya tidak berhasil mengambil gambar dengan baik dan memutuskan untuk melanjutkan tidur hingga pagi hari.
* * *
Jum'at, 30 Juni 2017, pukul 06.00 pagi, saya bangun lebih dulu daripada 3 (tiga) teman saya. Sepertinya mereka benar-benar nyenyak menikmati dinginnya malam. Bisa ya mereka tidur?! Sementara saya berjuang mati-matian untuk bisa tidur haha. Sambil menunggu mereka bangun, saya membereskan barang-barang saya agar nanti saat tenda dibereskan, saya tidak usah lagi membenahi semua barang milik saya. Kemudian saya berniat untuk memasak air untuk membuat minuman hangat di pagi hari ini. Saya ingin membuat susu jahe, sepertinya nikmat dan bisa menghangatkan tubuh kami.
Saat saya membuka tenda, udara di luar seketika langsung masuk semua ke dalam tenda. Bbrrrrrr, dinginnya! Satu per satu teman-teman saya bangun, dan mereka juga segera membereskan perlengkapan tidurnya. Sur segera membuka kompor gasnya dan memasak air. Setelah kami minum susu jahe, kami keluar tenda. Did you know what? Saat kami keluar tenda, kami disambut salju-salju tipis yang telah menutupi sebagian peralatan gunung kami, seperti tenda, sepatu, dan sendal. Ranu Kumbolo berubah menjadi daerah yang penuh salju-salju tipis. Setiap pendaki di luar sana juga takjub dan saling bersorak berkata, "saljuuuu....// ada essss....// eehh tendaku ada esnya eee...". Fenomena bersaljunya Ranu Kumbolo ini dikarenakan suhu di sini telah mencapai -4 derajat celcius sampai dengan -10 derajat celcius. Waaah, dingin, yaaa!
Kami pun memutuskan untuk keluar tenda dengan niat ingin jalan-jalan pagi sekitaran danau dan menghirup udara segar di sini. Benar saja, di luar terhampar salju-salju tipis di setiap tenda orang-orang, rerumputan, dan di semua tempat/benda. For the first time, I saw much snow in Indonesia. Ohhh kayak gini lho salju haha!
Setelah puas dari menikmati udara pagi di pinggiran Ranu Kumbolo, kami kembali masuk ke dalam tenda untuk sarapan pagi dan dilanjutkan membereskan perlengkapan kami masing-masing. Kami harus berangkat lebih awal untuk bisa sampai lebih cepat di Kalimati. Rencananya kami ingin tiba sekitaran jam 3 atau 4 sore, sehingga kami masih memiliki waktu yang panjang untuk beristirahat sebelum nantinya pukul 11.00 malam kami bersiap-siap untuk summt ke Mahameru.
A porter bringing many things |
* * *
Review Mengenai Gn. Semeru via Ranupani
Sedikit me-review kembali mengenai jalur pendakian ke Gunung Semeru mulai dari Basecamp hingga Ranu Kumbolo. Jalur/medan yang dihadapi bagi teman-teman yang ingin ke sana tidaklah sulit, serius! Saya bukannya sok, atau menyepelekan. Hanya saja, saya bandingkan medan ini dengan medan-medan di Gunung lainnya yang pernah saya datangi. Tidak seperti di Merbabu via Suwanting yang jalurnya curam yang mana kiri kanan adalah jurang. Atau Guntur yang jalurnya bebatuan yang besar. Tidak, kalian tidak akan menemukan itu. Kalian hanya terus berjalan santai. Tidak susah-susah untuk berpegangan pada tali/webbing atau juga pada batu besar dikiri dan kanan.
Intinya, semua tertata dengan baik dan rapih, bahkan sudah ada paving block-nya. Kontur jalannya tidak bebatuan dan tidak curam, sebaliknya malah landai. Naik gunung pasti menanjak dan menurun yaaa, tapi ini masih landai. Tidak yang menanjak terus-terusan. Masih kategori landai, kok. Beneran seperti sedang ke Taman Hutan Raya atau pergi ke curug. Jalannya enak dan tidak terjal, hanya saja panjang/jauh, sehingga kita akan terasa lelah karena tidak sampai-sampai di Ranu Kumbolo hehe. Oiah, total jarak dari basecamp Ranupani sampai dengan Ranu Kumbolo adalah 10,5 km. Lumayan, yaaa!
Rangkuman Perjalanan
* Kami berjalan santai dan menikmati perjalanan. Jadi, rundown di atas sudah termasuk cara berjalan yang biasa (tidak digeber/ngebut, tidak juga terlalu pelan), dan termasuk sudah memakan waktu untuk foto-foto di jalan serta istirahat di jalur pendakian jika sesekali lelah.
Bersambung ke bagian 2 (Ranu Kumbolo - Kalimati) <<< Klik!
Bersambung ke bagian 3 (Menuju Puncak Mahameru) <<< Klik!
Bersambung ke bagian 2 (Ranu Kumbolo - Kalimati) <<< Klik!
Bersambung ke bagian 3 (Menuju Puncak Mahameru) <<< Klik!
YouTube Video "Gunung Semeru 2017"
* * *
1 comments
Keindahan alam, variasi trek pendakian yang memanjakan mata. Ditambah indahnya danau Ranu Kumbolo yang menghilangkan lelah setelah cukup jauh perjalanan. Belum pernah sampai kepuncak, karena cuaca yang kurang mendukung.
ReplyDeleteTravel Lumajang