Gunung Semeru via Ranupani || Ada Salju di Ranu Kumbolo (#2)
Gunung Semeru #part2
* * *
Ranu Kumbolo
Jum'at, 30 Juni 2017, salju tipis sisa semalam sedikit demi sedikit mulai mencair. Matahari sudah bergeser naik ke atas kepala. Udara sekitar Ranu Kumbolo sekitar jam setengah 10 pagi cukuplah sejuk untuk dinikmati, tidak seperti semalaman yang dinginnya gak karuan. Pagi itu, terlihat banyak pendaki yang turun dari arah Kalimati menuju basecamp (alias pulang) dan juga beberapa porter yang lalu lalang di sini. Banyak juga pendaki yang menghabiskan paginya dengan mengambil gambar dan berfoto diri dengan latar belakang Ranu Kumbolo, serta berjalan-jalan dipinggiran danau seperti yang saya dan teman-teman saya lakukan tadi.Salah satu pendaki yang sedang mengambil air bersih |
Suasana danau persis depan tenda |
Pukul 10.30 pagi kami pun melanjutkan perjalanan ini menuju Kalimati. Oiah, saya lupa memberitahu, saya dan teman-teman nge-camp di Ranu Kumbolo ini di area yang pertama ((karena ada 2 (dua) area di Ranu Kumbolo untuk nge-camp; 1 (satu) di dekat Pos-4 dan 1 (satu) lagi di dekat Tanjakan Cinta)). Jadi, kalau nanti teman-teman turun dari Pos-4 ada banyak tenda didirikan, naahh saya di area yang ini. Kenapa kami memilih menenda di sebelah sini? Saat kami datang kemaren sore, kami melihat area kemah dekat Tanjakan Cinta sudah padat, dan untuk ke sananya lagi dari turunan Pos-4 membutuhkan waktu 15 menit. Keburu kedinginan nanti kita hehehe ... Lagipula, area yang kami tempati ini enak, view-nya sama bagusnya, dan gak begitu padat juga sepi, jadi lebih nyaman aja untuk menikmati indahnya Rakum.
Untuk ke Kalimati, dari sini kami akan bertemu banyak tempat/check point yang bukan lagi bernama "pos". Nantinya, kami akan disuguhi pemandangan yang jauh lebih mantab daripada sebelumnya, lho! Seperti yang saya katakan tadi, dari area ini ke area tenda sebelah sana membutuhkan waktu 15 menit, dan setibanya kami di Rakum dekat Tanjakan Cinta, kami langsung mengambil foto pemandangan danau. Kami juga foto-foto berempat, foto sendiri, dan memotret view sekitar danau. Benar kan, di sini padaaaaatttnya bukan main. Jadi gak begitu leluasa untuk menikmati danau, kurang privacy aja hehe.
Inilah pemandangan Oro-oro Ombo dari atas bukit setelah teman-teman tiba di ujung Tanjakan Cinta, lalu terus berjalan sedikit. Nanti, kalian akan ketemu padang savana yang luas seperti yang terlihat pada foto di bawah ini. Dari Ranu Kumbolo tadi ke Oro-oro Ombo sekitar 1 jam lamanya. Naahh, setelah dari Tanjakan Cinta, kemudian bertemu dengan Oro-oro Ombo, check point selanjutnya adalah Cemoro Kandang (kalau di foto lokasinya adalah di ujung jalan sana yang ada pepohonan/pohon cemara).
Setibanya kami di Cemoro Kandang, teman-teman saya langsung ngibrit ke warung untuk membeli semangka segar yang dingin dan gorengan. Malahan nih ya, Rio membeli dan membungkus beberapa semangka tadi dan pisang goreng 5 (lima) buah untuk bekal diperjalanan ke Kalimati haha. Berasa warung berjalan aja ini teman saya haha.
Kami tidak berlama-lama di Cemoro Kandang. Setelah mendapatkan makanan yang kami inginkan, kami langsung mengambil carrier dan bergegas jalan ke check point selanjutnya; Jambangan. Jalur pendakian dan suasana menuju Jambangan dan Kalimati pun sudah tidak berupa bebukitan dan savana lagi, namun sudah berupa hutan-hutan dengan jalur yang kadang landai, kadang menanjak dan tidak terjal. Untuk bisa ke Jambangan dari Cemoro Kandang jaraknya cukup jauh, tidak seperti dari Ranu Kumbolo ke Cemoro Kandang. Oiah, sepanjang perjalanan ini, hutannya itu bukanlah lagi seperti hutan saat dari Pos-1 ke Pos-4 yang lembab, kali ini beneran hutan dengan pepohonan yang tinggi-tinggi dan banyak pohon yang tumbang. Udaranya juga agak panas sehingga saya tetap menggunakan masker selama mendaki.
Jalur menuju Jambangan terus menanjak, jadinya bikin lelah hati badan dan kaki pegal. Tidak seperti perjalanan saat dari basecamp hingga ke Cemoro Kandang yang masih terbilang landai, kontur jalan menuju Jambangan berupa tanah-tanah kering dan sedikit bebatuan (bebatuan kecil). Nahh, tapi untungnya, medan selama ke arah Kalimati ini aman untuk dilewati (tidak terjal).
Angin sepoi-sepoi lewat saat kami istirahat di jalur pendakian, yang padahal orang-orang sedang berlalu-lalang. Sesekali atur nafas dan berjalan kembali. Ada cerita kala itu saat kami memutuskan untuk memakan bekal yang dibawa Rio, yaitu berupa beberapa potong semangka dan beberapa pisang goreng. Ini salah satu bagian lucu yang masih terngiang dibenak saya. Pasalnya, saat kami sudah meminggir untuk menyantap makanan-makanan tersebut, dan kami menunggu Rio membuka itu semua, kudapan tersebut belumlah dikeluarkan dari kantong plastiknya oleh Rio. Hingga Sur berkata, "Ehh Yo, lo buka kresek aja kayak lagi ngejinakin bom. Kayak Gegana lo, Yo! Hahaha". Sontak, saya dan Anis pun tertawa. Entah sesulit apa ikatannya higga Rio butuh waktu untuk membuka ikatan kantong kresek tersebut (kejadian ini berada di jalur gak jauh dari check point Cemoro Kandang).
Kami sampai dengan selamat dan sehat. Kondisi kami alhamdulillah tetap prima. Setibanya kami di tanah/lokasi yang telah kami temukan untuk mendirikan tenda, saya dan Anis segera melepas carrier untuk dimasukkan ke dalam tenda. Saya dan Anis pun membantu memasukkan barang-barang dan carrier milik Rio dan Sur saat mereka sedang membangun tenda.
Menuju Tanjakan Cinta
Setelah puas mengambil foto di Ranu Kumbolo, kami pun beranjak menuju Tanjakan Cinta. "Lupakan masalah mitos yang beredar!" pikirku. Yang saya dan teman-teman inginkan adalah sampai di atas bukit dengan segera, terserah mau menengok ke belakang atau tidak. Tapi. saya dan teman-teman tetap menengok ke belakang, kok. Saya tahu sih itu hanya sebuah mitos belaka. Kenyataan atau gak, it's not my business. Secara logika saya ya, sayang lho kalau gak nengok belakang haha. Justru pemandangannya terlihat indah dari atas tanjakan ini. Oiah, ini hanya pandangan saya ya, jadi tolong banget jangan di "nyinyir" atau di masukkan ke kabar berita hahaha, open your mind, please!Menuju bukit di ujung atas sana (terlihat dekat, namun jauh) |
Menuju Oro-oro Ombo
Dari atas sini, kami masih melanjutkan perjalanan menuju spot favorit para pendaki yang suka dijadikan tempat untuk foto ala-ala pre-wedding (atau malah memang ada yang pre-wedding di sana haha) dan tempat di mana orang-orang mengetahuinya ini adalah surganya tumbuhan lavender berada (sebelum datang dan ikut briefing, they definitely knew this was a lavender). Yaap, inilah Oro-oro Ombo, di mana tumbuhan verbena brasiliensis tumbuh.Inilah pemandangan Oro-oro Ombo dari atas bukit setelah teman-teman tiba di ujung Tanjakan Cinta, lalu terus berjalan sedikit. Nanti, kalian akan ketemu padang savana yang luas seperti yang terlihat pada foto di bawah ini. Dari Ranu Kumbolo tadi ke Oro-oro Ombo sekitar 1 jam lamanya. Naahh, setelah dari Tanjakan Cinta, kemudian bertemu dengan Oro-oro Ombo, check point selanjutnya adalah Cemoro Kandang (kalau di foto lokasinya adalah di ujung jalan sana yang ada pepohonan/pohon cemara).
Pemandangan Savana Oro-oro Ombo |
Dari Instagram Sur |
Tiba di Cemoro Kandang dan Jambangan
Sur dan Rio masih dengan semangatnya mengejar Semangka, terlebih lagi Anis yang hobi makan haha. "Semangkaaaaaaa, ayooo semangka sudah menungguuuuu!!" sorak Sur. Semangka terenak di dunia itu ada lagi lhooo di Cemoro Kandang. Kami cepat-cepat (sambil menikmati suasana Oro-oro Ombo dong tentunya) melangkah karena panasnya matahari di savana ini beneran nyengat banget. Buff yang saya pakai hampir menutupi seluruh wajah karena saya gak mau menghitam haha.Setibanya kami di Cemoro Kandang, teman-teman saya langsung ngibrit ke warung untuk membeli semangka segar yang dingin dan gorengan. Malahan nih ya, Rio membeli dan membungkus beberapa semangka tadi dan pisang goreng 5 (lima) buah untuk bekal diperjalanan ke Kalimati haha. Berasa warung berjalan aja ini teman saya haha.
Kami tidak berlama-lama di Cemoro Kandang. Setelah mendapatkan makanan yang kami inginkan, kami langsung mengambil carrier dan bergegas jalan ke check point selanjutnya; Jambangan. Jalur pendakian dan suasana menuju Jambangan dan Kalimati pun sudah tidak berupa bebukitan dan savana lagi, namun sudah berupa hutan-hutan dengan jalur yang kadang landai, kadang menanjak dan tidak terjal. Untuk bisa ke Jambangan dari Cemoro Kandang jaraknya cukup jauh, tidak seperti dari Ranu Kumbolo ke Cemoro Kandang. Oiah, sepanjang perjalanan ini, hutannya itu bukanlah lagi seperti hutan saat dari Pos-1 ke Pos-4 yang lembab, kali ini beneran hutan dengan pepohonan yang tinggi-tinggi dan banyak pohon yang tumbang. Udaranya juga agak panas sehingga saya tetap menggunakan masker selama mendaki.
Jalan menuju Kalimati dari Jambangan |
Sudah melewati Jambangan dan terus ke arah Kalimati |
Angin sepoi-sepoi lewat saat kami istirahat di jalur pendakian, yang padahal orang-orang sedang berlalu-lalang. Sesekali atur nafas dan berjalan kembali. Ada cerita kala itu saat kami memutuskan untuk memakan bekal yang dibawa Rio, yaitu berupa beberapa potong semangka dan beberapa pisang goreng. Ini salah satu bagian lucu yang masih terngiang dibenak saya. Pasalnya, saat kami sudah meminggir untuk menyantap makanan-makanan tersebut, dan kami menunggu Rio membuka itu semua, kudapan tersebut belumlah dikeluarkan dari kantong plastiknya oleh Rio. Hingga Sur berkata, "Ehh Yo, lo buka kresek aja kayak lagi ngejinakin bom. Kayak Gegana lo, Yo! Hahaha". Sontak, saya dan Anis pun tertawa. Entah sesulit apa ikatannya higga Rio butuh waktu untuk membuka ikatan kantong kresek tersebut (kejadian ini berada di jalur gak jauh dari check point Cemoro Kandang).
Tiba di Kalimati
Sekitar masuk waktu Ashar pukul 15.30, kami tiba di camping ground Kalimati. Ini adalah area terakhir sebelum para pendaki melakukan aktifitas summit nanti malam. Baik dan normalnya, semua pendaki diharuskan mendirikan tenda di lokasi ini (tidak lebih/ke atas menuju area batas vegetasi). Di sini sudah banyak berdiri tenda-tenda para pendaki dan juga hilir mudik kedatangan dan pulangnya pendaki. Oiah, sama seperti di Ranu Kumbolo; di area Kalimati ada shelter dan juga WC/toilet umum berwarna hijau tua. Jadi, apabila teman-teman melihat bangunan berwarna hijau tua di ujung rerumputan sana yang cukup berjarak dari sekumpulan tenda-tenda pendaki, itu adalah toilet umum. Untuk yang masih ingin memakan buah semangka, di sini masih ada para penjual yang menjual potongan buah semangka dan beberapa minuman botol, lho!Kami sampai dengan selamat dan sehat. Kondisi kami alhamdulillah tetap prima. Setibanya kami di tanah/lokasi yang telah kami temukan untuk mendirikan tenda, saya dan Anis segera melepas carrier untuk dimasukkan ke dalam tenda. Saya dan Anis pun membantu memasukkan barang-barang dan carrier milik Rio dan Sur saat mereka sedang membangun tenda.
Tentang Sumber Mani dan Macan Tutul
Selang beberapa menit setelah tenda selesai didirikan, Rio dan Sur pergi mengambil air di lokasi Sumber Mani, sementara saya dan Anis di dalam tenda berkutat menata barang-barang yang diperlukan agar terlihat rapih dan tidak berantakan. Untuk ke Sumber Mani, jaraknya dengar-dengar sih kalau bolak-balik sekitar 1 km. Apa sih Sumber Mani? Sumber Mani adalah tempat di mana terdapatnya mata air yang biasa para pendaki ambil untuk kebutuhan minum/bersih-bersih/makan. Apabila teman-teman hendak ke sana, kudu waspada dan kalau bisa rame-rame yaaa! Menurut informasi yang saya simak saat briefing, Sumber Mani itu tempatnya para sekawanan macan tutul (Panthera Pardus Melas) berada. Banyak ditemukannya jejak-jejak kaki mereka di sana karena katanya habitat mereka tak jauh dari area Sumber Mani. Oiah, macan tutul ini adalah hewan nocturnal dan sifatnya kalau berhadapan dengan lawan adalah 1 (satu) lawan 1 (satu) alias gentle. Kata pembicara, kalau dia bertemu segerombolan manusia, dia juga pasti akan menghindar duluan.
* * *
Semakin sore, para pendaki yang akan berkemah di Kalimati semakin ramai berdatangan. Angin yang berhembus di sini tenang, dan udaranya tidak sedingin di Ranu Kumbolo. Benar-benar tidak dingin, biasa saja (sejuk). Padahal, kemaren sore saat kami tiba di Rakum, saya langsung berganti pakaian dan melapisi tubuh ini dengan 2 (dua) down jacket dan 1 (satu) baju heattech. Namun, sore ini, saya hanya berganti pakaian heattech dan 1 (satu) helai down jacket. Tadinya, mumpung Rio dan Sur sedang mengambil air, saya ingin sekali jalan-jalan sore mengelilingi rerumputan dan area sekitar Kalimati sambil berfoto-foto. Namun, keinginan itu saya simpan. Pasalnya, badan ini sudah terlalu letih (lebih tepatnya saya sudah terlanjur pewe dan mager keluar tenda) dan harus disimpan energinya untuk summit nanti malam.
Barang-barang ditenda telah saya dan Anis rapihkan, dan tak lama Rio dan Sur kembali pulang dari Sumber Mani setelah 1 jam lamanya mereka pergi. Mereka terlihat letih sekali. Keringat bercucuran di wajah mereka masing-masing. Kasihan, pasti capek banget! Mereka pun memilih beristirahat dan mengademkan tubuh mereka di luar tenda di bawah pepohonan sambil mengipas-ngipas. Sementara saya dan Anis berbincang-bincang sambil memerhatikan para pria yang kelelahan.
Menjelang Summit
Sisa waktu yang kami miliki masih banyak hingga jam 11 malam nanti. Kami mengisi kekosangan waktu kami masih sama seperti aktifitas kemaren sore, makan dan ngobrol! Menjelang malam kami membuat makanan (duuuhh, lupa masak apa!) dan berbincang-bincang kembali sambil tertawa satu sama lain. Masih banyak camilan berupa cokelat gandum, biskuit-biskuit, dan cokelat lainnya yang saya bawa yang belum di makan oleh mereka. Anis pun dengan senang hati mengemil itu semua. Sambil mendengarkan musik dan bersiap-siap untuk tidur, sedikit demi sedikit, sebagian camilan yang saya keluarkan pun habis. Hingga tiba waktunya kami harus beristirahat karena jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam, dan itu artinya kami semua harus tidur.
Seperti yang saya ungkapkan tadi, malam ini saya tidak lagi melapisi tubuh saya dengan berlapis-lapis pakaian. Malam ini pun saya tidak menggunakan penutup kepala ninja berbahan polar. Saya hanya memakai baju hangat berupa fleece/polar Uniqlo dan down jacket Ellesse, serta sleeping bag. Sudah, hanya itu! Bahkan, sleeping bag-nya pun tidak saya tutup rapat karena saya merasa gerah (apakah ini tanda-tanda hypothermia? Tidak...Tidak... saya memang kegerahan karena udara memang tidak sedingin di Rakum).
Malam pun semakin datang, dan saya sudah cukup untuk tidur. Rasa-rasanya ingin bangun, namun waktu belum menunjukkan pukul 11.00 malam. Keadaan sekitar tenda dan area Kalimati pun sunyi yang padahal ada ratusan orang di sini. Sesekali suara dari dalam dan luar tenda orang serta suara para pendaki lewat terdengar di telinga saya. Sunyi sekali! Belum ada tanda-tanda para pendaki bersiap-siap melakukan summit. Semua tenang .... Akhirnya, kuputuskan untuk melanjutkan tidur hingga nantinya alarm Sur berbunyi.
* * *
Terbangun! Saya pun segera melihat handphone dan waktu menunjukkan pukul 10.58 malam. Itu artinya 3 (tiga) teman saya harus bangun dan mempersiapkan semua kebutuhan untuk muncak. Suara di luar tenda sudah terdengar ramai, para pendaki sudah mulai berlalu-lalang dan senter/headlamp sudah mulai terlihat pantulan sinarnya ke sana- ke mari. Daya konsentrasi dan keadaan pencernaan/perut saya alhamdulillah baik malam ini, namun tidak untuk hidung dan tubuh. Saya merasakan agak hangat seperti demam, dan hidung ini mulai mengeluarkan cairan alias pilek. Entah saya sakit atau memang keadaan di gunung semua orang akan terasa seperti itu, badan yang anget. Akhirnya, alarm HP Sur berbunyi dan saya lekas membangunkan 3 (tiga) teman-teman saya karena waktu sudah masuk jam 11 malam. Sur dengan se-segeranya beranjak dari tidur tanpa mengulet, bahkan dia langsung membuka kompor gas dan beberapa bahan-bahan untuk membuat makanan. Anis juga bangun seperti biasa. Namun, tidak dengan Rio, dia terlihat agak mager untuk bangun. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.
Malam ini sebelum muncak, kami makan tempe goreng tepung, nugget, nasi putih, dan sup hangat terlebih dahulu. Ini masih ronde satu, lho! Ronde kedua, kami membuat dan makan mie kuah plus nugget. Kemudian, untuk minuman hangatnya, kami membuat susu jahe. Nah, setelah semua makanan sudah cukup untuk mengganjal perut dan mampu untuk menghangatkan tubuh, serta barang-barang keperluan muncak telah disiapkan dan dipakai, akhirnya Sabtu, 01 Juli 2017 pukul 00.30 dini hari kami siap mendaki menuju Puncak Mahameru.
Review Perjalanan ke Kalimati
Perjalanan ke Kalimati dari Ranu Kumbolo sudah mulai menanjak dan sudah memasuki kawasan hutan. Walaupun terdapat pepohonan yang menjulang, tetap saja sengatan matahari dan udara yang agak panas menyapa kami. Namun, untuk urusan kontur dan keadaan jalannya, konturnya berupa bebatuan kecil dan tanah-tanah kering. Kemudian untuk jalurnya masih terbilang aman, tidak terjal. Sesekali ada bonus berupa landaian, kemudian menanjak kembali. Intinya, jalan selama pendakian alhamdulillah masih aman untuk dilewati dan tidak curam. Nah, total jarak perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati adalah 7,5 km, dan memakan waktu sekitar 4 sampai 4,5 jam.
YouTube Video "Gunung Semeru 2017"
* * *
0 comments