Gunung Rinjani via Sembalun || Si Cantik dengan Jalurnya yang Komplit
Gunung Rinjani 2017
Siapa di sini yang gak tahu Gunung Rinjani? Untuk orang awam mengenai pegunungan, gak tahu Rinjani mah wajar yaa, namun bagi para hiker/mountaineer, gak tahu Rinjani tuuhhh, haduh! Haha. Lagipula menurut saya, semua orang sudah tahu Gunung Rinjani, kok. Gunung yang terdapat di Pulau Lombok, Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat) ini menyajikan kecantikannya yang luaaaaaarrrr biasa yang pantas saja semua orang tersanjung melihat keindahannya. Yakinlah, hampir seluruh masyarakat Indonesia pasti tahu Gunung Rinjani.
Gunung Rinjani adalah Gunung Api (volcano) tertinggi ke-2 setelah Gunung Kerinci. Gunung ini dinobatkan sebagai gunung tercantik di Indonesia. Jelas saja diberi predikat "tercantik", karena saat saya ke sana, memang beneran cantik dilihat dari sisi manapun. Adanya Segara Anak membuat bertambahnya ke-eksotisan gunung tersebut.
And, here we are! My friends and I went to Mount Rinjani on September, 16th 2017 ago. We had walked approximately 4 (four) days for completing our hiking. Like what our stories? Let's check it out!
Jakarta - Lombok Praya (Pesawat)
Sabtu, 16 September 2017, saya dan teman-teman tim berangkat dari Jakarta menuju Lombok pukul 11.00 pagi (WIB) dan tiba pukul 14.00 siang (WITA) yang mana lama perjalanan adalah sekitar 2 (dua) jam. Kami dari Jakarta beranggotakan 10 (sepuluh) orang, yaitu: Saya, Farisah, Fina, Mas Fajar, Mas Rendy, Aden, Novi, Alfi, Dayu dan Dariel. Nantinya, setelah sampai Bandara, kami akan bertemu dengan anggota tim lainnya.
Tiba di Lombok
Pukul 14.00 WITA, kami pun tiba dan mendarat dengan selamat. Kami langsung mendatangi bus ELF kami di depan Alfamart dekat parkiran bandara. Siang itu, sudah ada Bang Dio, Pak Prayitno dan Mbak Aris yang menunggu kami tim dari Jakarta. Kami tidak berlama-lama di bandara, driver bus - Mas Rama, segera mengantar kami ke rumah makan untuk mengisi perut setelah perjalanan (jauh) ini.
Makan Siang dan Berbelanja
Tidak jauh dari bandara, kurang lebih lama perjalanan sekitar setengah jam, kami sudah sampai di rumah makan khas Lombok. Di tempat ini, kami serentak memesan menu makanan yang sama dengan harga yang paling murah, yaitu Nasi Balap Puyung seharga Rp 10.000. Isi nasi bapal puyung ini sendiri adalah nasi dengan sambal khas Lombok, kriuk kentang, kedelai goreng, dan suwiran ayam.
Setelah sekitar 1.5 jam kami menikmati hidangan makan siang di tempat ini, kami langsung pergi menuju supermarket untuk membeli kebutuhan logistik pribadi kalau-kalau ada yang ingin ditambah/dibutuhkan.
Setelah sekitar 1.5 jam kami menikmati hidangan makan siang di tempat ini, kami langsung pergi menuju supermarket untuk membeli kebutuhan logistik pribadi kalau-kalau ada yang ingin ditambah/dibutuhkan.
Lokasi tempat belanja (Ruby Supermarket) dari rumah makan tadi membutuhkan waktu perjalanan sekitar 45 menit saja. Perkiraan awal saya waktu di Jakarta, saat nanti kami akan berbelanja camilan/logistik di Lombok, tempatnya seperti di minimarket semacam alfamart/indomart gitu, atau malah kita akan diantar ke pasar tradisional untuk membeli kebutuhan logistik. Ternyata, saat sampai, waaaahhh, ini sih supermarket, yaaa kurang lebih sebesar Giant supermarket laah.
Kami semua turun untuk membeli kebutuhan tambahan. Mungkin masih ada yang mau membeli camilan atau peralatan yang bisa di bawa ke gunung. Untuk urusan minum, saya pribadi lebih suka membawa botol minum milik sendiri atau juga bisa membawa water bladder (kantong air) guna mengurangi sampah plastik yang ada di gunung. Toh, dengan kedua itu (botol dan water bladder milik pribadi) bisa di refill di mata air yang tersedia di gunung nantinya.
Okay, back! Saat masuk ke dalam, waaahh tempat ini lengkap banget! Benar-benar supermarket yang menjual segala jenis kebutuhan rumah tangga. Sampai-sampai saat itu Mbak Aris membeli stop kontak 3 lubang di tempat ini dengan harga Rp 3000-an saja, lho!
Okay, back! Saat masuk ke dalam, waaahh tempat ini lengkap banget! Benar-benar supermarket yang menjual segala jenis kebutuhan rumah tangga. Sampai-sampai saat itu Mbak Aris membeli stop kontak 3 lubang di tempat ini dengan harga Rp 3000-an saja, lho!
* * *
Setelah puas berbelanja untuk kebutuhan pendakian esok (dan camilan selama di ELF), kami segera berangkat menuju basecamp di Desa Sembalun. Waktu tempuh perjalanan sekitar 3 jam dari Ruby Supermarket tadi. Jalur yang ditempuh lumayan ngeri yaaa karena jalanannya terus mendaki (kayak di Puncak - Bogor), namun ini lebih sempit dan dalam keadaan hari sudah gelap, sehingga AC di ELF kami harus dimatikan agar mobil bisa terus menanjak.
Setelah melewati jalan menuju Desa Sembalun yang agak curam dan menanjak ini, kami pun tiba di basecamp tepat adzan Maghrib berkumandang. Kami langsung diarahkan menuju rumah warga yang kami inapi nantinya.
Di rumah ini, akhirnya kami semua berkumpul dan bertemu dengan teman-teman kami yang melewati jalur darat, seperti: Anthon, Septian, Mbak Fike, Esta, Ridwan, dan Bang Teja. Nah, 18 anggota tim akhirnya lengkap di rumah ini, dan kami semua segera untuk bersih-bersih diri setelah seharian tadi lelah di perjalanan dan siap untuk menyantap makan malam setelahnya.
* * *
Pendakian pun Dimulai!
Pukul 07.00 pagi, kami berangkat menuju Taman Nasional Gunung Rinjani dari basecamp kami di Desa Sembalun. Setelah sarapan dan mandi pagi, lalu dilanjutkan packing ulang barang, kami pun bergegas untuk segera berangkat. Jarak dari basecamp ke lokasi pintu awal pendakian tidak terlalu makan waktu. Hanya sekitar 45 menit s.d. 1 jam saja kami di jalan. Moment yang saya suka dari semua moments salah satunya adalah di bagian ini, yaitu naik mobil bak terbuka sambil ajluk-ajlukan jalannya. Seruuuuuu!! Kami semua di atas harus bisa mengerem sendiri tubuh kita dari kontur jalan yang bebatuan dan berdebu, super berdebu! Beberapa jalan ada yang menanjak dan menurun secara ekstrim sehingga kami semua harus hati-hati, jangan sampai kami semua di atas sini jatuh atau menggelinding ke bawah (iiiihhh, kan ngeri!).
Pintu Masuk - Pos 1
Pukul 08.00 WITA, kami siap mendaki. Dari pos awal ini jalur yang dilewati mulanya adalah area terbuka, lalu memasuki hutan kira-kira 15 menit kemudian, lalu ke area terbuka lagi, dan memasuki area hutan kembali, hingga akhirnya benar-benar area terbuka yaitu sabana. Jadi, nanti teman-teman akan melewati kurang lebihnya 2x hutan (kalau tidak salah yaa) dan sisanya adalah padang savana yang luaaaaaasss sekali. Untuk bisa ke pos-1, waktu tempuh sekitar 2 jam dari pintu awal tadi. Oiah, di awal-awal perjalanan, kalau tidak salah selepas hutan pertama, nantinya teman-teman akan melihat sekawanan Sapi sedang menikmati rerumputan.
Pos 1 - Pos 2
Kurang lebih selama lima belas menit kami mengahabiskan waktu di Pos 1. Sebenarnya, berada di check point selama 15 menit termasuk waktu yang lama. Namun, lamanya kami di sini bukan karena kami kelelahan atau ingin beristirahat yang lama, melainkan kami berfoto-foto ria dengan euforia Pos 1 yang ada.
Selanjutnya, kami berjalan menuju Pos 2. Masih dalam area savana yang luasnya tak terhingga. Savana ini nantinya berakhir setelah kita akan bertemu suatu bukit yang mana lebih dikenal dengan nama "Tujuh Bukit Penyesalan". Nah, untuk bisa sampai ke Pos 2 ini, waktu yang diperlukan adalah sekitar 1.5 jam.
Pos 2 - Pos 3
Di Pos 2, saya tidak beristirahat. Saya langsung berjalan menuju Pos 3 tempat di mana nanti kami semua bertemu untuk makan siang. Lama perjalanan yang kami butuhkan untuk bisa sampai di Pos 3 ini adalah sekitar 1.5 jam.
Di Pos 3 kami makan siang terlebih dahulu. Bekal yang kami bawa dari basecamp adalah nasi bungkus dengan isi orek tempe, perkedel jagung, nasi, dan ayam goreng. Sungguh lezat banget bisa makan nasi bungkus setelah jalan berjam-jam sejak pagi tadi. Hembusan angin yang datang juga ikut menemani siang kami kala itu, mencoba membuat kami merasa lebih sejuk setelah panasnya savana menyengatkan tubuh kami.
Pos 3 - Tujuh Bukit Penyesalan
Jarak dari Pos 3 ke Tujuh Bukit Penyesalan ini tidaklah jauh dan tidak pula memakan waktu lama. Hanya sekitar 1.5 jam kita tiba disuatu perbukitan yang mana di atas bukit masih ada bukit. Naaahh, perjuangan kami untuk bisa tiba di Plawangan Sembalun belum selesai. Kami masih harus melewati Tujuh Bukit Penyesalan terlebih dahulu.
Pos 3 Extra (Tempat Jualan Minuman dan Camilan) |
Tujuh Bukit Penyesalan - Plawangan Sembalun (Tenda Kami)
Sebenarnya, trek Rinjani via Sembalun ini dibilang susah atau terjal sih enggak yaaaa. Hanya saja yang perlu dicatat adalah panjaaaaaangnya trek itulah yang membuat pendaki terkadang suka mengeluh kapan sampainya. Tapi entah mengapa, di saat orang lain agak malas atau kurang prefer pada 7 Bukit Penyesalan, saya malah prefer untuk melewati 7 Bukit Penyesalan ini daripada melewati panjangnya trek Savana yang gak ada habis-habisnya haha.
Oiah, saya sempat bertanya pada seorang porter tentang Tujuh Bukit Penyesalan ini. Sebenarnya, bukitnya sendiri hanya ada sekitar 4 sampai 5 bukit saja. Jadi, informasi asal muasal diberi angka 7 (tujuh) kurang diketahui.
Hari sudah mendekati gelap, dan kami masih di Tujuh Bukit Penyesalan. Sebenarnya, sisa sedikit lagi untuk sampai dipertigaan Plawangan Sembalun. Namun, kok rasanya berat sekali untuk sampai di atas sana. Benar-benar sedikiiiiiiittt lagi! Jadilah, kami mengambil headlamp sebagai penerang jalan dan keadaan Tujuh Bukit Penyesalan amatlah sunyi, tersisa tim kami dan beberapa porter. Bukit ini yang tadinya ramai pendaki, sore menjelang malam itu seketika menjadi sepi.
Setelah berjalan sekitar 3.5 jam di Tujuh Bukit Penyesalan, kami pun tiba di camping ground Plawangan Sembalun (patokannya ke arah sumber mata air). Jadi, nanti dari pertigaan Plawangan Sembalun setelah Tujuh Bukit Penyesalan, ambil jalur ke kiri dan teruuuuuuusss ikuti jalan menuju ke sumber mata air dan arah puncak. Karena, untuk ke arah puncak atau ke sumber mata air, para pendaki lainnya pasti akan melewati area tenda kami.
Tujuh Bukit Penyesalan |
* * *
Summit Attack!
Waktu tidur kami tidaklah banyak. Hanya sekitar 3 sampai 4 jam karena kami baru mengakhiri kegiatan di hari pertama pada jam 9 malam, yaitu pada waktu makan malam dengan menu xxx. Lewat dari jam 9, kami semua tidur dan bangun kembali pukul 01.00 WITA dini hari untuk bersiap-siap menuju summit attack jam 2 dini hari.
Setelah puas mengistirahatkan badan (dan pikiran tentunya) setelah melewati trek yang panjang nan terik siang tadi, kami bangun jam 1 dini hari untuk sarapan mengisi perut sebelum berangkat "muncak". Sarapan kami kala itu adalah energen sereal cokelat dan puding hijau. Lezat sekali pagi-pagi dingin seperti ini bisa menyantap hangatnya sereal cokelat.
Pukul 02.05 WITA, kami berkumpul semuanya untuk melaksanakan briefing menuju summit yang dipandu oleh Bang Dio. Waktu perjalanan menuju puncak tergantung stamina fisik tiap-tiap orang. Jadi, tidak bisa disamakan.
Naahh, akhirnya, pukul 02.15 WITA, kami pun berangkat untuk melaksanakan summit attack. Jalur yang kami hadapi mulanya adalah pepohonan, lalu area bebatuan, kemudian melewati kiri kanan bebatuan dengan kontur jalan berupa pasir halus, setelah itu kami bertemu dengan yang namanya "pertigaan" (tempatnya datar), dari situ kami ambil ke arah kiri dan ikuti saja terus treknya. Dari pertigaan itu, kontur jalan kadang berupa pasir halus, bebatuan kecil, dan tanah kering yang tertutup debu/pasir. Jalur yang kita temui terkadang landai, turunan, dan tanjakan. Namun, tanjakannya masih terbilang normal, sama sekali tidak ada tanjakan yang ekstrim. Lepas dari jalur ini semua, barulah kami memasuki area "Letter E/S/Z" yaaa apalah itu namanya haha. Ini jalur yang membuat orang suka ngeluh dan kadang suka merasa mundur secara teratur duluan. Suka merasa gak akan yakin sampai puncak dan merasa sepertinya puncak terasa amatlah jauh (yang padahal sebenarnya dekat sekali).
Jangan sampai mental teman-teman drop di sini, ya (Letter E/S/Z)! Sekiranya teman-teman merasa yakin dan mampu hingga puncak, yaa lanutkan! Jalurnya memang capek dan panjaaaaang bukan main. Banyak pendaki yang beristirahat di jalur ini. Banyak pula yang lebih memilih balik turun daripada melanjutkan karena treknya memang panjang dan gak ada habisnya. Kalau dibilang curam mah enggak ya, namun memang berat aja gitu dilalui. Rasanya kaki tuh cuma bisa maju beberapa langkah, berbeda dengan di Semeru yang sepertinya mampu untuk memijak banyak langkah. Dengan trek seperti inilah mental orang-orang (termasuk saya) banyak yang jatuh duluan karena melihat ke ujung puncak sana terasa jauh.
Kontur jalan di Letter E/S/Z ini berupa pasir dengan batuan-batuan kerikil. Berbeda dengan Semeru yang menurut saya masih gampang untuk dipijak, di Letter E/S/Z ini rasa-rasanya agak susah untuk dipijak. Intinya, jalur berpasir Semeru dengan Rinjani beda deh! Namun, soal keamanan, lebih aman di Rinjani. Kalau di Semeru, banyak bebatuan JUMBO yang besarnya gak ngira-ngira, yang mana sering menjadi reason sebuah kecelakaan para pendaki. Naahh, di Rinjani ini, gak ada tuh bebatuan yang besar-besar apalagi menggelinding ke bawah. Hanya saja, jalurnya memang lebih sempit. Jadi, kiri kanan jalan yaaa langsung jurang dan kawah.
Setelah melewati jalur berpasir, sebelum bertemunya puncak Dewi Anjani, nantinya teman-teman akan bertemu dengan batu besar (persis kayak di Semeru sebelum Puncak Mahameru) di kiri kanan sebagai gapura, kemudian ambil ke kiri dan setelahnya ke kanan, lalu teruuuuusss saja. Nahhh, trek di sini sudah tidak "membosankan" seperti di jalur Letter E/S/Z tadi. Tidak jauh dari persimpangan tadi, tinggal ikuti jalur naik ke atas daaaan.... Sampai lah kami di Puncak Rinjani (Dewi Anjani 3.726 m DPL).
Pukul 02.05 WITA, kami berkumpul semuanya untuk melaksanakan briefing menuju summit yang dipandu oleh Bang Dio. Waktu perjalanan menuju puncak tergantung stamina fisik tiap-tiap orang. Jadi, tidak bisa disamakan.
Naahh, akhirnya, pukul 02.15 WITA, kami pun berangkat untuk melaksanakan summit attack. Jalur yang kami hadapi mulanya adalah pepohonan, lalu area bebatuan, kemudian melewati kiri kanan bebatuan dengan kontur jalan berupa pasir halus, setelah itu kami bertemu dengan yang namanya "pertigaan" (tempatnya datar), dari situ kami ambil ke arah kiri dan ikuti saja terus treknya. Dari pertigaan itu, kontur jalan kadang berupa pasir halus, bebatuan kecil, dan tanah kering yang tertutup debu/pasir. Jalur yang kita temui terkadang landai, turunan, dan tanjakan. Namun, tanjakannya masih terbilang normal, sama sekali tidak ada tanjakan yang ekstrim. Lepas dari jalur ini semua, barulah kami memasuki area "Letter E/S/Z" yaaa apalah itu namanya haha. Ini jalur yang membuat orang suka ngeluh dan kadang suka merasa mundur secara teratur duluan. Suka merasa gak akan yakin sampai puncak dan merasa sepertinya puncak terasa amatlah jauh (yang padahal sebenarnya dekat sekali).
Jangan sampai mental teman-teman drop di sini, ya (Letter E/S/Z)! Sekiranya teman-teman merasa yakin dan mampu hingga puncak, yaa lanutkan! Jalurnya memang capek dan panjaaaaang bukan main. Banyak pendaki yang beristirahat di jalur ini. Banyak pula yang lebih memilih balik turun daripada melanjutkan karena treknya memang panjang dan gak ada habisnya. Kalau dibilang curam mah enggak ya, namun memang berat aja gitu dilalui. Rasanya kaki tuh cuma bisa maju beberapa langkah, berbeda dengan di Semeru yang sepertinya mampu untuk memijak banyak langkah. Dengan trek seperti inilah mental orang-orang (termasuk saya) banyak yang jatuh duluan karena melihat ke ujung puncak sana terasa jauh.
Kontur jalan di Letter E/S/Z ini berupa pasir dengan batuan-batuan kerikil. Berbeda dengan Semeru yang menurut saya masih gampang untuk dipijak, di Letter E/S/Z ini rasa-rasanya agak susah untuk dipijak. Intinya, jalur berpasir Semeru dengan Rinjani beda deh! Namun, soal keamanan, lebih aman di Rinjani. Kalau di Semeru, banyak bebatuan JUMBO yang besarnya gak ngira-ngira, yang mana sering menjadi reason sebuah kecelakaan para pendaki. Naahh, di Rinjani ini, gak ada tuh bebatuan yang besar-besar apalagi menggelinding ke bawah. Hanya saja, jalurnya memang lebih sempit. Jadi, kiri kanan jalan yaaa langsung jurang dan kawah.
Plawangan Sembalun di Ujung Sana |
Persimpangan Menuju Puncak (di Foto oleh Mbak Aris dari Puncak Rinjani) |
Perjalanan Pulang ke Plawangan Sembalun |
Kalau di total-total, perjalanan saya menuju puncak sekitar 8 jam, berangkat pukul 02.15 WITA dan sampai di puncak pukul 10.15 WITA (kebanyakan foto saat adanya the golden hour/sunrise tiba, terus keenakan tidur saat ada angin kencang, lalu juga sempat ngemil-ngemil cantik di tengah jalan haha). Sebenarnya, gak akan selama ini kok, paling teman-teman bisa bablas 5-6 jam tanpa kongkow dulu di tengah jalan. Untuk pulangnya sendiri, lama perjalanan turun saya sekitar 3 jam. Waahh, udah tengah hari panasnya gila-gilaaaann, bawaannya jadi malas jalan di bawah terik matahari. "Plawangan ... ohhh... Plawangan...", cuma bisa ngomong itu dalam hati haha. Naahh, ini saat saya berfoto ria di moment "sunrise" pukul 06.00 WITA:
Akhirnya, setelah mengadakan foto bersama, kami pun segera berangkat pada pukul 09.30 WITA. Jalur yang dilalui seperti yang saya katakan tadi berupa bebatuan di awal-awal dari Plawangan Sembalun. Teruuuuuusss saja begitu. Turun terus dengan kontur batuan rasanya agak gimana gitu yaaa, belum dapat bonus hingga menemukan 1 - 2x jembatan (saya lupa ada berapa haha) dan pohon besar (patokannya Bang Dio waktu kita istirahat) dengan area datar yang cukup luas. Naah, barulah dari situ trek selanjutnya adalah turunan yang sudah berupa tanah kering namun agak landai (jadi secara sudut, jalannya menurun, tetapi tetap landai ... Yaaa gitulah, haha). Tidak seperti sebelumnya yang terus menurun curam dengan kontur bebatuan.
Alhamdulillahirabbil 'alamiin, akhirnya selesai sudah ekspedisi kami ke Rinjani di tahun 2017 ini. Perjalanan yang tak pernah terpikirkan khususnya untuk saya, apalagi direncanakan untuk ada di tahun 2017 ini. Masih jelas terbayang ketika saya dan tim berjuang untuk melewati segala rintangan yang ada. Karena sejatinya, perjuangan kami yang sesungguhnya dan sebenarnya yang harus kami akhiri adalah pulang dengan keadaan selamat, sehat, dan aman. Bukan sekadar mencapai puncak. Saya banyak bertemu para pendaki di perjalanan kemaren yang realistis untuk turun daripada melanjutkan ke atas puncak. Percayalah, satu tim bisa sampai di basecamp bersama-sama naik mobil colt itu lebih nikmat daripada harus memaksakan diri bisa ada di puncak. Benar?
* * *
Menunggu Senja di Plawangan Sembalun
Alhamdulillah, kami semua lengkap dalam kondisi sehat, aman, dan selamat setelah turun dari summit attack. Siang ini di Plawangan Sembalun, saya dan tim menyantap makan siang dengan menu "Nasi Pecel plus sosis" yang... yaaa ampuuuun enaknya bukan main! Kapan lagi coba menikmati nasi pecel di gunung haha. Seumur-umur makan di gunung dengan menu nasi yaa paling nasi goreng, nasi plus nugget/sosis, nasi dengan ayam atau hidangan yang mainstream lainnya. Sementara siang ini, kami disajikan dengan menu yang jarang-jarang, mantabbbb!
Sore harinya, kami bermain keluar. Duduk-duduk santai sambil menikmati Segara Anak dari atas plawangan. Mengobrol santai sembari membuat dan meminum minuman hangat (kopi/jahe/susu cokelat) juga mengemil camilan yang kami bawa. Bersyukur rasanya bisa berkumpul bersama tim, ngobrol ria sambil menunggu sunset tiba. Kala itu, saya benar-benar lupa rasanya lelah, capek, dan segala pelik-nya kota Jakarta karena bisa tertawa puas dan bercanda hangat bersama mereka. Puas bisa menyaksikan detik-detik matahari terbenam bersama teman-teman.
Saya sekonyong-konyong mengambil tripod untuk mengabadikan sunset dibalik pegunungan seberang sana (atau itu Plawangan Senaru?). Saya akan membuat time lapse matahari terbenam di Rinjani. Terlihat Gunung Agung dari kejauhan sebagai tempat sembunyinya matahari nanti. Tak perlu ke laut untuk lihat matahari terbenam, sebab keindahan dari atas sini pun terjawab sudah.
Hati-hati, banyak monyet di Taman Nasional Gunung Rinjani |
* * *
Pagi Hari Menuju Segara Anak
Selasa, 19 September 2017, hari ini kami akan turun ke Segara Anak dari camping ground kami di Plawangan Sembalun. Rencana, kami akan berangkat sekitar jam 9 pagi. Sebelumnya, kami sarapan nasi goreng plus sosis pagi ini. Setelah itu, kami juga menyempatkan diri untuk tetap eksis foto bersama dengan latar belakang Segara Anak dari atas Plawangan Sembalun sini. Oiah, jalur yang dihadapi nantinya adalah bebatuan yang cukup curam, ya! Jadi, kami semua dan teman-teman yang akan datang ke Rinjani harus tetap hati-hati saat turun ke Segara Anak nanti.
Jalur Bebatuan yang terus Menurun Curam |
Pohon Besar yang di Maksud Dio |
Jalur Sudah Landai |
Segara Anak dan Pemandian Aik Kalak
Setelah melewati jalur yang agak curam karena memang penuh bebatuan selama menurun, akhirnya sekitar jam setengah dua siang, kami tiba di Segara Anak. Waaaaaaahhhh, indah bangeeeeeeetttt!! Jangankan gitu, sebelum tiba di Segara Anak saat saya lihat dari atas jalur, birunya danau itu lhoooo yang menjadi perhatian saya dan teman-teman. rasanya ingin berlari kencang, buru-buru meraih air di danau itu. Buru-buru juga untuk ngaso di tepi danau haha.
Hal yang saya lakukan saat tiba di sana adalah keliling sebentar melihat sekitaran danau (yang dekat area tenda kami saja, gak jauh-jauh, kok!), kemudian nyamperin tenda teman-teman lainnya, duduk sebentar melihat danau, dan setelahnya adalah masuk "dapur" tenda (bukan dalam tenda yaaa) untuk tidur-tiduran di dapur tenda. Lumayan, hembusan anginnya membuat rasa lelah ini hilang seketika. Bisa selonjoran di bagian dapur tenda sambil merasakan tiupan angin siang itu adalah kenikmatan yang tak tertandingi (azeeeekkk).
Rencananya, sore itu saya dan beberapa teman-teman (gak semua satu tim) akan berendam di pemandian Aik Kalak (pemandian air panas). Jaraknya tidak begitu jauh dari camping ground kami, paling sekitar 10 menit saja dari Segara Anak. Sambil menunggu untuk pergi ke pemandian, dan sembari tidur-tidur enak seperti ini, saya menghabiskan waktu untuk mengobrol bersama Farisah dan Novi. Siang itu pula, koki gunung dan porter sedang memasak, Jadilah kami menunggu makan siang kami saat itu.
Setelah menunggu sejam, akhirnya makan siang ke sore pun siap disantap oleh kami. Saya makan di tenda bersama Mbak Aris dan Mbak Fike. Kebetulan juga Mbak Aris bawa abon, jadilah makanannya kami tambahkan dengan abon. Aaaahh, surga rasanya! Makan enak di tenda dengan pemandangan terbuka langsung melihat danau Segara Anak.
Makan Siang yang Sudah Ditambah Abon |
* * *
Sore sekitar pukul 15.30 WITA, Mas Fajar, Bang Teja dan Dariel sudah memanggil kami para wanita yang sedang ada di dalam tenda untuk segera ikut pergi ke pemandian Aik Kalak. Saya sontak langsung gembira dan beranjak pergi bersama mereka. Duuuuhh, rasanya kaki dan beberapa anggota tubuh (gak semuanya, kan saya berkerudung haha) ini harus segera direndam agar pegalnya hilang. Sungguh, tak sabar!
Perjalanan menuju Aik Kalak gak jauh, kok. Hanya sekitar 10 menit. Benar-benar dekat sekali dari area tenda kami di Segara Anak. Jadi, dari arah Plawangan Sembalun saat kami menemukan pertigaan Segara Anak, kita ambil ke arah kanan (kalau belok kiri ke arah tenda-tenda kami), kemudian luruuuuusss terus naik ke bukit kecil, lurus terus ikuti jalur yang sudah ada/sudah jelas, dan kemudian turun terus dengan kontur bebatuan yang agak curam (lagi), dan sampailah kita!
Di sana sudah ada Esta, Anthon, Septian, Ridwan, Bang Dio, dan Rendy yang sudah "nyebur" duluan akibat gak sabar ingin melepas lelah mungkin yaaa. Para Wanita yang ikut kami hanya saya, Farisah, dan Fina. Mbak Fike dan Mbak Aris sudah terlebih dahulu ke sini bersama Pak Prayitno dan Dayu, lalu Novi sedang berduaan bersama Alfi sang kekasih haha.
Menunggu Sunset di Segara Anak
Kurang lebihnya sekitar 1 jam kami berada di pemandian Aik Kalak. Benar saja, pegal-pegal hilang dan rasanya segar untuk melaksanakan aktifitas kembali. Setelah puas bermain air, kami segera pulang ke area tenda karena hari sudah mulai gelap. Kami pulang sekitar pukul 16.46 WITA sore hari. Seperti biasa, ketika sampai di tenda yang dilakukan adalah membenahi seisi carrier, kemudian keluar tenda untuk bermain bersama tim kembali, yeaaayy! Ini moment yang gak kalah mengasyikan. Sore hari menjelang malam, saya habiskan untuk mengambil foto lansekap area sekitar Segara Anak dan juga mengambil foto human interest teman-teman. Kemudian, kegiatan yang teman-teman lainnya lakukan adalah memancing, saling motret-memotret teman (saling narsis kali yaaa), tidur di tenda, mengobrol santai di dalam/luar tenda, dan membuat minuman hangat.
Sore ini seru sekali. Saya banyak mengambil foto-foto aktifitas sore mereka. Bang Teja, Pak Prayitno dan beberapa teman lainnya sibuk memancing. Dariel sibuk menerbangkan drone-nya. Sementara Dayu, Mbak Fike, Mbak Aris, dan Septian sibuk memotret di spot batu yang hits itu dengan ala-ala memegang gelas.
Malam Riang Ria di Bawah "Milky Way"
Di malam hari, kegiatan yang kami lakukan adalah berbincang-bincang gak nyantai (iyaaa, gak santai, karena isinya orang gak waras semua. Topik biasa aja bisa jadi hal gila dan isinya ketawa mulu hahahaha). Sambil menunggu makan malam, kami semua berkumpul (tanpa disengaja) di luar tenda menjadi satu, persis seperti sedang membuat api unggun (yang padahal gak ada api nya sama sekali). Kami tertawa satu sama lain di bawah hamparan bintang-bintang dan jalur susu alias milky way.
Dayu dengan rese-nya namun kreatif membuat satu tim menjadi bahagia karena dia menjadikan Mas Lian sebagai narasumber malam itu untuk berbincang-bincang mengenai pendakian beliau ke Cartenz Pyramid. Berawal dari keisengan Dayu menjadi ala-ala MC acara gitu dan gak ada niat untuk bikin malam ini kayak talk show, eeehh gak taunya beneran Mas Lian berbagi cerita dong ke kami semua.
Segara Anak - Plawangan Senaru
Rabu, 20 September 2017, kami pun turun dengan maksud menyudahi perjalanan ekspedisi Rinjani 2017 kali ini dengan melewati Plawangan Senaru. Kami pulang melewati jalur Senaru yang curamnya minta ampun. Dipikir-pikir, di gunung sebelumnya belum ada yang securam ini. Yaaa, walau curam-curam begini, alhamdulillah masih bisa dilewati oleh saya.
Pukul 08.15 WITA akhirnya kami beranjak untuk pulang menuju Plawangan Senaru yang kemudian berakhir di pintu gerbang Senaru. Waktu yang dibutuhkan dalam keadaan berjalan normal adalah 9-10 jam untuk bisa sampai di basecamp Senaru. Treknya beneran super puanjaaaaaaang gak nyampe-nyampe dan bisa dibilang curam lho! Untuk konturnya sendiri adalah penuh dengan bebatuan. Kebalikannya dari Plawangan Sembalun yang kalau turun penuh bebatuan, menuju Plawangan Senaru pun demikian, namun menanjak terus.
Kebayang gak, jalurnya berupa bebatuan curam dengan lebar kurang lebih 1 meter aja. Sempit banget, kan? Banyak pohon tumbang dan kita pun harus climbing berkali-kali di batuan tersebut. Gitu aja terus hingga Plawangan Senaru. Memang sih, awal-awal dari Segara Anak ke Plawangan Senaru masih enak untuk dilewati karena kita melewati hutan-hutan dengan pepohonan pinus yang menjulang asri (lumayan untuk beristirahat dan tidur siang di sini, nih!). Setelah hutan kita lewati, kita akan tiba di Batu Ceper. Nah, di Batu Ceper inilah view terbaik untuk melihat perpaduan antara puncak Rinjani dengan Segara Anak bisa didapat. Kemudian, setelah melewati Batu Ceper, jalur bebatuan pun di mulai dan hidung ketemu dengkul pun terasa di sini haha.
Foto dari Spot Batu Ceper |
Sudah Melewati Plawangan Senaru |
Pos-2 Senaru |
Check point untuk bisa sampai di pintu gerbang Senaru dari Plawangan Sembalun adalah Pos-3 Ekstra, Pos-3, Pos-2 Bayangan, Pos-2, Pos-2 Ekstra, Pos-1 Bayangan, Pos-1, Pos-1 Ekstra, pintu gerbang Senaru. Naahh, di gerbang Senaru ini banyak yang menjual camilan dan minuman. Ada makanan berat pula dan es buah, lho! Jadi, jangan khawatir nanti setelah tiba dalam keadaan lelah, kalian bisa langsung makan/minum enak di gerbang Senaru.
Kami tiba di gerbang Senaru pukul 20.25 WITA. Sudah malam banget, ya? Iyaaa, karena kami kebanyakan nyantainya saat jalan. Yang jelas sempat beristirahat cukup lama di bebatuan sebelum Plawangan Senaru untuk makan siang dulu, juga di Pos-2 dan Pos-1 kami sempat lama untuk mengontak driver mobil colt untuk membawa kami semua ke basecamp nanti. Sewa mobil colt ini Rp 250.000. Murah kok, karena isi colt nya aja bisa memuat 15 orang hehe.
* * *
(BONUS) Belanja ke Sasaku dan Makan Sate Rembiga
Pulang dari pendakian ke Rinjani, kami semua gak lupa untuk keliling Pulau Lombok terlebih dahulu. Kami pergi ke daerah sepanjang Pantai Senggigi untuk melihat keindahan pesisir pantainya. Kami semua juga mengunjungi tempat pusat oleh-oleh khas Lombok di Sasaku (nama toko). Tempatnya besar, murah-murah, dan kualitas produknya bagus-bagus. Mulai dari menjual pernak-pernik kebutuhan rumah tangga, mainan, pakaian, topi, sampai makanan khas Lombok; semuanya ada di sini.
Beneran menjual produk yang bagus-bagus banget, sampai-sampai kami semua betah di dalam untuk muter berkali-kali, menimbang-nimbang membeli yang mana. Di dalam gak cuma ada outlet-nya saja, namun juga ada toko es krim, toko perhiasan, dan ada tempat makan juga. Jadi, tenang aja! Setelah puas berbelanja, teman-teman tetap akan dimanjakan oleh kudapan yang dijual di dalam toko tersebut.
Berbelanja sudah! Kali ini perut kami yang kosong sejak terakhir kali sarapan pagi di basecamp Senaru, akan di isi oleh makanan khas Lombok yang gak kalah enaknya. Namanya Sate Rembiga yang berupa sate sapi dengan bumbu pedasnya yang.... MasyaAllah enak banget deh pokoknya! Kami datang ke rumah makan "Lesehan Sate Rembiga" di kota Mataram. Review untuk rumah makannya sendiri, tempatnya enak banget buat ngumpul-ngumpul bersama keluarga dan teman-teman, lho!
Harga yang dijual juga termasuk murah tetapi tetap mempertahankan cita rasanya yang enaaaaakk banget. Saya dan teman-teman memesan sate rembiga dengan harga Rp 25.000. Walau dengan harga segitu baru membeli satenya aja dan belum termasuk nasi, tapi ini beneran enak banget (asli, saya gak bohong!) dan bahkan isi porsinya banyak. Jadilah saya menambah nasi lagi. Oiah, teman-teman bisa mengunjungi website-nya di sini (Lesehan Sate Rembiga Lombok). Teman-teman bisa melihat-lihat lokasi, keadaan rumah makan, dan menunya di website tersebut, yaaa!
* * *
YouTube Video "Rinjani 2017"
* * *
1 comments
rinjani trekking, salah satu pengalaman yang luar biasa bagi saya. susah dilupakan, terutama keindahan alamnya :)
ReplyDelete