Yogyakarta || 8 Tempat yang Gak Pernah Bosan untuk Dikunjungi
Yogyakarta 2017
Assalaamu 'alaykum Warahmatullaahiwabarakattuh!
Ada gak sih dari teman-teman di sini yang punya tempat/kota/destinasi favorit yang bahkan berkali-kali (selalu) dikunjungi? Tempat yang gak pernah bosan untuk kalian datengin, gitu? Kalau saya pribadi, sejak 10 tahun lalu untuk pertama kalinya di tahun 2007, saya datang ke kota Jogja. Saat itu, saya mendatangi acara pernikahan Om saya di Magelang. Naah, karena masih ada sisa waktu, saya dan keluarga sebelum pulang ke Jakarta, mampir dulu ke Jogja.
Lebih tepatnya saat kuliah hingga hari ini, setiap tahunnya mungkin saya gak pernah absen untuk datang ke Jogja. Entah itu untuk berlibur, transit aja, meeting point kegiatan, atau ada acara. Seiring bertambahnya teman di Jogja jugalah, intensitas saya ke kota itu bisa dikatakan lumayan meningkat. Jogja, memang menyajikan keindahannya tersendiri. Dia selalu bisa membuat saya datang lagi dan lagi. Padahal nih, beberapa tempat di Jogja dan sekitarnya yang lagi hits pada jamannya, sudah saya datangi. Eeeeehhh, sampai sekarang selalu saya datangi lagi. Tempat yang sudah saya datangi ini saya kunjungi lagi karena suatu alasan nganterin teman-teman. Terkadang, ada aja mereka suka nanya, ini dan ini bagus mana, kita ke yang ini aja atau gimana, yaudaaahh nanti Farah aja yaaah yang kasih tau tempatnya (pinta mereka) haha.
* * *
Jum'at, 22 September 2017, saya dan adik tiba di Yogyakarta setelah perjalanan yang cukup menguras tenaga. Kami berdua habis hiking dari Gunung Rinjani kemaren harinya. mungkin bisa dibaca di sini (Gunung Rinjani). Kami ke Jogja dari Lombok menggunakan pesawat, namun dengan tujuan ke Surabaya. Setelah itu dilanjutkan naik bus EKA - eksekutif AC (Rp 103.000) dari Terminal Purabaya (Bungurasih) ke Terminal Giwangan - Jogja. Benar-benar minggu itu adalah minggu penuh petualangan, haha!
Di Jogja, kami bertemu dengan 3 (tiga) teman kami, yaitu: Hara, Sandy, dan Arly; untuk berlibur bersama selama 2-3 hari. Tempat yang kami kunjungi pastinya yaaaaa yang pernah teman-teman kunjungi, kok. Kami pergi ke Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngetun di Gunungkidul, Bakmi Pak Pele di Malioboro, Taman Sari, Hutan Pinus Mangunan, Hutan Pinus Pengger, Candi Ratu Boko, dan Es Krim Tempo Gelato. Terus juga saya dan adik menyempatkan ketemu teman-teman yang hiking ke Rinjani kemaren di basecamp DMA Jogja (ketemu Bang Dio, Mas Ruben, Anthon, dan Mas Dimas), dan di hari terakhir hanya keliling-keliling Malioboro dan Pasar Bringharjo saja.
Masih sama dengan yang sebelumnya, kawasan tersebut juga masih sama-sama berupa pepohonan pinus yang asri. Bedanya, di sini lebih instagramable, lho! Ada bangunan berbentuk sarang burung di mana orang-orang bisa foto di dalamnya, juga ada banyak Mas-Mas yang menjajakan hammock untuk dijadikan spot foto yang oke. Kayak apa sih hasil fotonya?
1. Pantai Ngrenehan (Gunungkidul)
Dari kota Jogja menuju pantai ini, lama perjalanannya adalah sekitar 2 jam. Sebenarnya, banyak sekali pantai-pantai di sepanjang Gunungkidul. Pantai ini jelas masuk wilayah pantai selatan yaaa. Sebelumnya, saya sudah pernah ke pantai lain di daerah Gunungkidul tahun 2013 lalu, namun bukan ke Pantai Ngrenehan ini. Nahh, review untuk pantai Ngrenehan ini adalah pantainya bersih bukan main, pasirnya masih halus, dan masih ada sebagian pasir putihnya. Kemudian juga tempatnya sepi, jadi cocok untuk teman-teman yang memang ingin menikmati pantai rasa milik pribadi hehe. Konon katanya nih, pantai ini masih perawan alias belum banyak disinggahi turis. That's why pantainya sunyi dan sepi banget!
2. Pantai Ngetun
Setelah dari Pantai Ngrenehan yang sepi berasa pantai punya sendiri, spot kedua yang kami singgahi adalah Pantai Ngetun. Karena hari sudah mendekati maghrib, rencananya mau lihat sunset di pantai lain terdekat dan bagus. Jadilah kami pergi menuju Pantai Timang yang hits di Instagram itu (ada gondola gitu buat nyebrang ke bukit/batu karang di seberangnya). Ehhh, pas udah sampai nih, ternyata harus masuk lagi naik ojeg Rp 50.000 (entah sekali jalan atau PP). Terus juga, harga naik gondolanya itu kena biaya Rp 100.000/orang. Akhirnya, kami gak jadi masuk karena mahalnya harga yang ditawarkan (yaiyalaaahhh!).
Sedikit informasi aja nih, setiap pantai biasanya ada tempat parkirnya masing-masing. Harga parkiran waktu saya ke sana itu adalah Rp 5000/mobil. Kemudian, untuk bisa masuk ke setiap pantai, biasanya ada pos/tempat untuk beli tiket masuknya. Yang perlu diketahui, untuk masuk ke seluruh pantai di sepanjang Gunungkidul ini tidak hanya sekali membayar tiket, namun setiap wilayah mempunyai pos-pos tersendiri untuk menjual tiket masuk.
Okeh, lanjut mengenai Pantai Ngetun. Karena alasan mahal tadi itu, kami pun mencari lagi pantai terdekat dari Pantai Timang ini. Hari benar-benar mulai gelap. Sunset bahkan sudah tidak menampakkan kecantikannya karena the golden hour of sunset-nya sepertinya sudah lewat. Mungkin beberapa belas menit lagi sudah melewati pukul enam sore.
3. Bakmi Pak Pele
Malamnya, kami berencana untuk makan malam di Sate Klathak Pak Pong di daerah Bantul. Dari Pantai Ngetun ini kira-kira 1.5 jam lama perjalanannya. Setelah sampai di tempat, masuklah kami ke rumah makan tersebut, lalu memesan sate, dan .... TIDAAAAAAKKK!!! Kata "mbak"-nya, kami baru bisa makan satenya 2 jam kemudian setelah pemesanan gegara banyak yang pesan.
Kami gak mau berlama-lama nunggu di tempat ini dan putar otak mencari makanan yang lagi hits lainnya. Akhirnya, kami move to another place ke daerah Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Setelah sampai sana, ternyata kami harus ngantri juga selama 2 jam untuk bisa makan hahahahahahaha yasudahlah!
Dua jam berlalu dan benar saja, makanan kami pun datang. Saya memesan bakmi putih kuah yang enak banget. Harganya (kalau gak salah yaaa, maaf nih) Rp 19.000 dan juga memesan es teh manis dengan harga Rp 3000 saja. Kemudian, dengan porsi yang dikit (hahaha, kayaknya memang saya lagi kelaparan aja ini mah, sebenarnya porsinya banyak) membuat saya ingin menambah lagi. Dengan keadaan lokasi berjualan yang pas di Alun-Alun Utara seperti ini, pantas saja Bakmi Pak Pele ini laku dan bisa ngantri hingga berjam-jam seperti saya ini. Suasana Alun-Alun Utara yang sejuk di malam hari dan ramai oleh pengunjung wisata, membuat saya menyukai tempat ini.
Kami gak mau berlama-lama nunggu di tempat ini dan putar otak mencari makanan yang lagi hits lainnya. Akhirnya, kami move to another place ke daerah Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Setelah sampai sana, ternyata kami harus ngantri juga selama 2 jam untuk bisa makan hahahahahahaha yasudahlah!
Dua jam berlalu dan benar saja, makanan kami pun datang. Saya memesan bakmi putih kuah yang enak banget. Harganya (kalau gak salah yaaa, maaf nih) Rp 19.000 dan juga memesan es teh manis dengan harga Rp 3000 saja. Kemudian, dengan porsi yang dikit (hahaha, kayaknya memang saya lagi kelaparan aja ini mah, sebenarnya porsinya banyak) membuat saya ingin menambah lagi. Dengan keadaan lokasi berjualan yang pas di Alun-Alun Utara seperti ini, pantas saja Bakmi Pak Pele ini laku dan bisa ngantri hingga berjam-jam seperti saya ini. Suasana Alun-Alun Utara yang sejuk di malam hari dan ramai oleh pengunjung wisata, membuat saya menyukai tempat ini.
4. Taman Sari
Hari kedua di Jogja; Sabtu, 23 September 2017, saya dan teman-teman kembali melanjutkan liburan kami di sekitaran kota Jogja. Khusus bagi saya, saya mengunjungi tempat yang selalu saya kunjungi alias gak pernah absen kalau ke Jogja. Sampai hafal sudut-sudut dari tempat tersebut. Ya, Taman Sari! Saya gak pernah bosan berkunjung ke Taman Sari. Ada saja foto dari sisi lain tempat ini yang saya tangkap dengan moment yang berbeda dari tahun ke tahun pastinya.
Harga tiket masuk ke Taman Sari adalah Rp 5000 (correct me if I'm wrong) dan karena saya membawa kamera mirrorless, jadi saya harus membayar tambahan tiket khusus "izin video/foto" seharga Rp 2000.
Masih dengan suasana dan arsitektur yang sama dari tahun ke tahunnya, Taman Sari selalu membuat saya seolah kembali ke masa silam di mana terdapat suatu kehidupan kerajaan di dalamnya. Sejujurnya, saya gak pernah memakai jasa guide selama ke Taman Sari. Namun, terkadang, saking banyaknya guide yang lalu lalang membawa para turisnya, saya suka mendengar penjelasan si guide kepada para turis. Jadi, setidaknya saya tahu kisah apa yang terjadi dahulu di sini.
5. Hutan Pinus Mangunan
Setelah ajang foto-foto di Taman Sari, perjalanan kami lanjutkan ke daerah luar kota Jogja. Kali ini, kami akan mengunjungi tempat yang lagi hits di Instagram, yaitu Hutan Pinus Mangunan dan Pengger. Sebenarnya banyak tempat di hutan pinus tersebut. Namun, kami hanya mengunjungi dua tempat saja.
Untuk masuk ke Hutan Pinus Mangunan, teman-teman cukup mengeluarkan kocek sebesar Rp 2500/orang dan biaya parkir seperti biasa Rp 5000/mobil. Murah, kan? Nantinya, teman-teman akan disuguhi pemandangan pepohonan pinus yang menjulang serasa sedang di hutan beneran (hahaha gak beneran deng, karena sudah ramai turis). Tempatnya bagus banget dan asri! Cocok bagi yang suka motret lansekap, selfie, ataupun foto bersama. Untuk foto prewedding juga oke!
6. Hutan Pinus Pengger
Yuuuk, ke hutan pinus selanjutnya di Pengger. Nah, untuk ke Hutan Pinus Pengger ini, teman-teman masih harus mengendarai mobil/motor karena jaraknya yang lumayan jauh yaa dari Mangunan. Jauh dalam arti kalau untuk di bawa berjalan kaki sepertinya yaaa memang kejauhan. Lama perjalanan apabila menggunakan kendaraan adalah sekitar 20-30 menit saja. Nahh, untuk biaya parkir masih sama, yaitu Rp 5000/mobil.Masih sama dengan yang sebelumnya, kawasan tersebut juga masih sama-sama berupa pepohonan pinus yang asri. Bedanya, di sini lebih instagramable, lho! Ada bangunan berbentuk sarang burung di mana orang-orang bisa foto di dalamnya, juga ada banyak Mas-Mas yang menjajakan hammock untuk dijadikan spot foto yang oke. Kayak apa sih hasil fotonya?
7. Candi Ratu Boko
Seperti Taman Sari, Candi Ratu Boko juga menjadi tempat yang gak pernah absen untuk saya datangi. Walau candi di Ratu Boko tidak sebanyak di Prambanan yang masih satu komplek juga, namun saya lebih suka ke Ratu Boko untuk memburu sunset. Kalau untuk mengambil foto arsitektur candi-candi itu sendiri sih memang prefer ke Prambanan atau Borobodur. Karena sempat gagal mencari sunset di pantai kemaren, hari ini di Candi Ratu Boko, saya mendapatkan the golden hour of sunset, lho!
8. Es Krim Tempo Gelato
Siapa yang suka es kriiiiimmm? Ahhh, saya rasa gak ada orang yang gak suka makan es krim ya! Atau malah ada? Waaahh, sayang banget kalau sampai ada orang yang anti makan es krim. Menurut saya, camilan di waktu luang selain biskuit atau cokelat, es krim takjub membuat diri ini terlena dan bisa menambah mood lagi, lho!
Malam ini setelah dari Candi Ratu Boko, kami pun bergegas menuju Es Krim Tempo Gelato yang berada di Jalan Prawirotaman, kota Jogja. Niat awal, kemaren malam di hari pertama saya datang ke Jogja (hari Jum'at), tadinya mau mengunjungi Tempo Gelato untuk kongkow dan makan es krim yang katanya murah meriah. Karena semalam harus menghabiskan waktu berjam-jam ngantre makanan di Bakmi Pak Pele, akhirnya kami gak jadi makan es krim di Tempo Gelato.
Okay, datanglah kami setelah melihat sunset di Ratu Boko sekitar pukul 20.00 WIB. Untuk info aja nih, jadi kami kompakan membeli yang cup (yang standard, yaa) dengan harga Rp 20.000 yang berisi 2 (dua) scoops. Karena bisa 2 rasa, saya sendiri memesan es krim dengan rasa buah kiwi dan green tea (hijau-hijau, eeeuuy!). Coba banyangin, makan es krim 2 scoops terus harganya cuma Rp 20.000 aja, dan cup-nya lumayan besar. Murah, kan?
(http://paketwisatajogja75.com/paket-tour-jogja-11-tempat-ice-cream-di-jogja-yang-bisa-membuat-harimu-menjad-ceria/) |
Berhubung tidak ada foto es krimnya seperti apa, saya ambil foto dari Google, namun tetap menaruh link asli di foto tersebut. Sudah izin yaaa berarti hehe.
Malam harinya, saya menyempatkan diri untuk bertemu teman-teman di Rinjani kemaren. Ada Anthon, Bang Dio, dan Mas Ruben yang berada di basecamp DMA. Oiah, ketemu Mas Dimas juga lho sebagai pemilik DMA Jogja haha. Senang banget bisa ketemu mereka yang padahal sehari sebelum ke Jogja baru saja pulang dari Rinjani.
* * *
Itu tadi adalah kilas balik cerita saya ke kota Jogja, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Seminggu itu adalah minggu yang paling hectic yang pernah saya lalui, namun terbayar dengan bertemunya saya pada petualangan yang hebat di Gunung Rinjani dan diakhiri dengan perjalanan yang indah di DIY.
Tapi sungguh, baru kali ini saya mendaki gunung, pulangnya langsung lanjut liburan lagi, entah itu wisata alam lagi atau wisata kuliner. Herannya, saya tidak merasa hibernasi dan kelelahan yang akut. Lelah mah pasti ada yaaa, namanya juga mendaki. Namun, kelelahan kali ini masih bisa ditawar-tawar dengan cara menambah liburan lagi haha.
Yogyakarta selalu menyimpan daya tariknya sendiri khususnya pada saya. Sedikit-dikit ke Jogja, apa-apa ke Jogja. Pernah tinggal 2-3 hari di sekitaran Malioboro sendiri tidak dengan siapa-siapa, tepatnya di Jl. Sosrowijayan untuk sekadar nge-refresh diri. Pengalaman solo travel yang menyenangkan kala itu. Yaa, Jogja sungguh menyihir saya lagi dan lagi. Seolah cocok dengan tipe kepribadian saya yang lincah, supel, dan sedikit tertutup. Menyukai kedamaian dan ketenangan, tetapi tetap ada keramaian (nah lho, gimana coba maksudnya?). Tidak pernah kehabisan alasan untuk bisa pergi ke Jogja, karena Jogja dan sekitarnya memang menyajikan keindahan alam dan kearifan lokal yang terus melekat pada diri saya, selamanya.
* * *
1 comments
wihhh mantap..
ReplyDeleteRental mobil jogja